Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pajak Mobil Listrik Impor Hanya Beda 10% dari Rakitan Lokal, Perang Harga Sengit

Kehadiran VinFast yang menawarkan harga mulai Rp235 jutaan, membuat persaingan harga kian sengit antara mobil listrik impor dengan rakitan lokal.
Kahfi,Nuhansa Mikrefin Yoedo Putra
Jumat, 23 Februari 2024 | 07:00
Mobil listrik VinFast VF 7 yang dipamerkan pada IIMS 2024/Bisnis- Nuhansa Mikrefin YP
Mobil listrik VinFast VF 7 yang dipamerkan pada IIMS 2024/Bisnis- Nuhansa Mikrefin YP

Bisnis.com, JAKARTA- Pemerintah memberikan iming-iming insentif fiskal bagi mobil listrik, baik yang diimpor utuh maupun dirakit lokal dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri atau TKDN. Keran impor pun membanjiri pasar mobil listrik, perang harga tak terhindarkan.

Untuk tahun anggaran 2024, pemerintah melalui Peraturan Menteri Keuangan No. 9/2024 tentang Pajak Penjualan Barang Mewah atau PPnBM mobil listrik yang Ditanggung Pemerintah (PPnBM DTP).

Beleid itu memberikan kelonggaran pengenaan tarif PPnBM bagi impor mobil listrik utuh dari principal yang berkomitmen berinvestasi.

Dalam waktu bersamaan, terbit juga Peraturan Menteri Keuangan No.8/2024 terkait Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) untuk kendaraan listrik, termasuk mobil dan bus listrik.

Diskon PPN itu bersyaratkan TKDN, untuk mobil listrik minimal 40% dengan besaran diskon 10% dari tarif normal 11%. Begitupun untuk bus listrik dengan TKDN serupa. Sedangkan bus listrik dengan TKDN minimal 20%, bisa mendapatkan diskon 5%.

Di sisi lain, merujuk Peraturan Presiden No.79/2023 sebagai revisi Perpres No. 55/2019, mobil listrik impor utuh juga dibebaskan dari bea masuk. Sebagai syarat tambahan, berdasarkan pasal 18 ayat 2, pabrikan diberikan tenggat hingga 2025 untuk melakukan importasi, serta memproduksi lokal mulai 2027.

Dengan ketentuan demikian, maka saat ini perbedaan antara tarif pajak mobil listrik impor utuh dan mobil listrik rakitan lokal, hanya pada insentif PPN DTP sebesar 10%. Alhasil, harga-harga mobil listrik, terutama yang diboyong melalui mekanisme impor completely knock down (CBU) seperti BYD hingga VinFast bisa bersaing.

Untuk BYD, mematok harga untuk model Dolphin tipe Premium Extended Rp425 juta, sedangkan Atto 3 tipe Superior seharga Rp515 juta. Sementara untuk model Seal tipe Premium Variant senilai Rp629 juta, dan Performance Variant Rp719 juta.

Sementara VinFast VF 5 berkisar dari harga Rp235 juta sampai Rp250 juta. Kemudian untuk VF e34 seharga Rp288 juta sampai Rp300 juta, sedangkan VF7 sekitar Rp525 juta sampai Rp570 juta.

Mereka bersaing dengan model-model mobil listrik seperti MG 4 EV dan MG ZS EV yang dirakit lokal dengan banderol masing-masing dipatok Rp433 juta dan Rp453 juta.

Sementara mobil listrik rakitan lokal lainnya yakni Chery Omoda E5, kini dibanderol pada kisaran Rp500 juta.

Banjir model dan ragam harga inipun menjadi tantangan langsung bagi Wuling Air ev dan Hyundai Ioniq 5 yang sebelumnya berbagi pasar berkat insentif PPN DTP. Bagi Wuling, kini memiliki amunisi lain berupa Binguo EV dan Cloud EV.

Pada segmen bawah, Wuling Air ev, khususnya versi lite masih bisa diandalkan dengan banderol harga di bawah Rp200 juta.

TANTANGAN HYUNDAI IONIQ

Posisi terjepit justru dihadapi Hyundai Ioniq 5. Dengan banderol mulai Rp688 juta, Hyundai Ioniq 5 harus berebut pasar dengan berbagai model mobil listrik yang jauh lebih murah.

Meski demikian, Hyundai Ioniq 5 masih bisa bertaji. Hal itu tercermin dari kinerja yang ditorehkan sepanjang tahun lalu.

Hyundai memimpin penjualan dengan jumlah 7.482 unit sepanjang 2023. Model Ioniq 5 Signature Extended menjadi yang paling diminati, yakni 6.334 unit.

Kinerja itu melampaui capaian Wuling yang hanya menorehkan penjualan 6.968 unit. Model Air ev telah terkirim sebanyak 5.575 unit, sedangkan BinguoEV yang meluncur November 2023 lalu sebanyak 1.393 unit.

Chief Marketing Officer of Hyundai Motors Indonesia Budi Nur Mukmin mengatakan tidak semua konsumen yang membeli mobil listrik memandang harga, dan masih ada faktor lain seperti teknologi, dan layanan after-sales atau purna jual yang dipertimbangkan.

Menurutnya, Hyundai sudah memiliki beberapa keunggulan dari merek mobil listrik lain seperti jaringan dealer hingga 130 lokasi di seluruh Indonesia, layanan after-sales yang mumpuni, hingga teknologi paling mutakhir.

“Perang harga bukan menjadi satu-satunya faktor yang dipertimbangkan oleh konsumen,” tutup Budi.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper