DONGKRAK PENJUALAN
Transisi elektrifikasi melalui model hybrid inipun diamini Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin) RI, Febri Hendri Antoni Arif. Dia mengatakan pasar mobil listrik jenis hybrid bisa jadi jembatan untuk pasar Tanah Air dalam bergeser menuju mobil listrik murni. Sebab, kata Febri, mobil hybrid masih menarik ke depannya, apalagi untuk masyarakat yang wilayahnya masih belum didukung infrastruktur kendaraan listrik seperti SPKLU.
“Kan ada juga masyarakat yang berpikir untuk tidak langsung ke listrik [BEV] karena infrastrukturnya masih di perkotaan, di pedesaan hybrid menjadi sesuatu yang menarik. Jadi masih banyak yang ingin menggunakan EV bisa mulai dari menggunakan hybrid,” kata Febri.
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Eddy Suparno menyampaikan agar Pemerintah bisa meninjau kebijakan pengembangan elektrifikasi yang menyatu dengan program hilirisasi mineral. Menurutnya, keniscayaan elektrifikasi industri otomotif harus ditempuh dengan jalan yang berliku di tengah sulitnya mengembangkan populasi kendaraan BEV.
Eddy menjelaskan agar Pemerintah tidak fokus pada pasar dan produksi mobil BEV yang sarat dengan tantangan seperti kesiapan infrastruktur, serta kemauan masing-masing produsen.
“Masyarakat masih mempertimbangkan banyak hal untuk mobil listrik baterai [BEV], bagaimana biayanya, infrastruktur isi dayanya, hingga harga jual kembali. Karena itu, lebih baik fokus pada rantai pasok baterai, kita sudah punya keunggulan ketersediaan nikel, sehingga perlu bagaimana hilirisasinya menjadi baterai,” kata Sekjend Partai Amanat Nasional (PAN) itu kepada Bisnis.
Baca Juga
Setidaknya, transisi elektrifikasi otomotif kembali membuka peluang menumbuhkan pasar yang sedekade mengalami stagnasi. Kehadiran mobil elektrik yang memenuhi berbagai segmen bisa melecut pasar hingga 2-2,5 juta unit pada 2030, serta menyelamatkan proyek hilirisasi mineral.