Bisnis.com, JAKARTA – Laju distribusi mobil listrik terus meningkat secara global ditengah krisis isu lingkungan yang disebabkan oleh emisi karbon. Uniknya, untuk pasar Indonesia tren mobilitas ramah lingkungan ini masih didominasi mobil listrik berjenis hibrida atau hybrid electric vehicle (HEV).
Hal itu tergambar dari data penjualan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo). Pada 2021, dari total penjualan mobil berbasis elektrik sebanyak 3.192 unit, model HEV menyumbang 2.472 unit, atau sekitar 77,4 persen.
Sementara pada tahun lalu, dari sekitar 15.437 unit total mobil elektrik, HEV masih bisa menyumbang 5.100 unit setara 33,03 persen. Sedangkan pada periode Januari hingga Mei tahun ini, total penjualan mobil listrik mencapai 13.455 unit, 65,34 persen atau sekitar 8.792 unit merupakan HEV.
Secara faktual, model HEV yang dipasarkan jauh lebih banyak dibandingkan BEV. Sebaliknya, dari sisi harga dan segmen, mobil HEV banyak menawarkan harga pada rentang Rp300 juta hingga Rp600 juta dengan model beragam, mulai dari MPV tujuh penumpang hingga SUV.
Dari sisi pabrikan, menghadirkan model-model HEV merupakan jalan bertahap menuju elektrifikasi penuh. Sebaliknya, dari sisi pasar maupun pemerintah, kehadiran ragam model HEV secara perlahan merupakan jembatan menuju era rendah emisi hingga visi strategis Nett Zero Emission (NZE) pada 2060.
Honda Prospect Motor selaku Agen Pemegang Merek (APM) menyampaikan transisi kendaraan listrik harus dimulai dari teknologi HEV. Pasalnya, kesiapan infrastruktur maupun komponen harus terlebih dahulu sebelum melangkah ke mobil listrik murni.
Baca Juga
Business Innovation and Sales & Marketing Director HPM, Yusak Billy menjelaskan bahwa transisi ke kendaraan listrik harus bertahap dengan melihat kesiapan dari ekosistem. Oleh karenanya, Honda akan memulai dari meluncurkan mobil hybrid ketimbang BEV.
“Sebelum full, kami ada hybrid dulu, jadi ada bridging-nya, kami menyiapkan suatu produk itu yang diinginkan secara tepat,” tuturnya.
Hal tersebut disebabkan oleh kesiapan infrastruktur di Indonesia yang belum merata dan juga banderol harga yang cukup tinggi membuat pasar Tanah Air minim menyerap BEV.
Beberapa Agen Pemegang Merek (APM) di Indonesia memulai era elektrifikasi di Indonesia melalui teknologi hybrid. Para APM menilai proyek besar elektrifikasi bermuara pada dua tujuan penting, target industri dan target emisi secara keseluruhan.
Tujuan itupun mendorong Suzuki Indomobil melempar beberapa model hybrid ke pasaran. Suzuki melalui tiga modelnya mulai dari, Ertiga, Grand Vitara hingga teranyar adalah XL7 hybrid menyematkan teknologi mild hybrid.
4W Marketing Director Suzuki Indomobil Donny Saputra menyebutkan mobil-mobil Suzuki dapat melakukan efisiensi bahan bakar, sehingga turut berkontribusi dalam mengikis emisi karbon.
“Suzuki turut mendukung pemerintah memasuki era kendaraan listrik yang ramah lingkungan dan minim kadar emisi CO2 dengan menghadirkan teknologi Smart Hybrid Vehicle by Suzuki,” ujar Donny.
Sebelumnya, Toyota Group pun telah merilis model full hybrid. Menyusul Innova Zenix yang diproduksi secara lokal, Toyota kemudian membesut Yaris Cross Hybrid.
Dari sisi emisi, keberadaan mobil hybrid Toyota cukup ampuh mengikis karbon. Berdasarkan data terkini, produk anyar seperti Toyota Yaris Cross Hybrid dan Innova Zenix Hybrid, bahkan bisa memangkas potensi emisi karbon hingga 50 persen.
Rinciannya, untuk produk sejenis dengan mesin bensin, emisi berkisar 120-140 gram per kilometer. Sebaliknya, untuk generasi hybrid terbaru, Toyota mencatat emisi yang dihasilkan hanya sekitar 70 gram per kilometer.
Transisi elektrifikasi melalui model hybrid inipun diamini Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin) RI, Febri Febri Hendri Antoni Arif. Dia mengatakan pasar mobil listrik jenis hybrid bisa jadi jembatan untuk pasar Tanah Air dalam bergeser menuju mobil listrik murni.
Sebab, kata Febri, mobil hybrid masih menarik ke depannya, apalagi untuk masyarakat yang wilayahnya masih belum didukung infrastruktur kendaraan listrik seperti SPKLU.
“Kan ada juga masyarakat yang berpikir untuk tidak langsung ke listrik [BEV] karena infrastrukturnya masih di perkotaan, di pedesaan hybrid menjadi sesuatu yang menarik. Jadi masih banyak yang ingin menggunakan EV bisa mulai dari menggunakan hybrid,” kata Febri.