Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mau Beli Suzuki Karimun Kotak? Perhatikan Tiga Hal Ini Agar Tak Menyesal di Kemudian Hari

Suzuki Karimun generasi pertama yang sering disebut sebagai Karimun kotak atau Karko menjadi buah bibir belakangan ini. Hal itu tak terlepas dari unggahan video musisi, sekaligus pelawak Andre Taulany dalam kanal YouTube-nya yang mengulas mobil tersebut.
Suzuki Karimun Kotak./Otosite.net
Suzuki Karimun Kotak./Otosite.net

Bisnis.com, JAKARTA – Suzuki Karimun generasi pertama yang sering disebut sebagai Karimun kotak atau Karko menjadi buah bibir belakangan ini. Hal itu tak terlepas dari unggahan video musisi, sekaligus pelawak Andre Taulany dalam kanal YouTube-nya yang mengulas mobil tersebut.

Andre selama ini memang dikenal sebagai penggemar otomotif, sekaligus kolektor mobil lawas. Dalam unggahan videonya diketahui dia menebus sebuah Karimun kotak keluaran 2006 milik seorang temannya.

Buat kalian yang ingin mengikuti jejak Andre menjadi pemilik Karimun kotak, perlu diketahui bahwa harga bekasnya terbilang tinggi untuk city car yang seusianya. Karimun kotak dijual di Tanah Air sejak 1999 hingga 2006 oleh PT Suzuki Indomobil Motor (d/h PT Indomobil Suzuki International).

Harga bekasnya tergolong stabil di angka Rp40 juta–Rp50 jutaan untuk keluaran 1999–2002, dan tipe DX keluaran 2003–2006. Sementara itu, untuk tipe GX keluaran 2003–2006 dijual dengan harga Rp50 juta–Rp70 jutaan.

Perbedaan antara kedua tipe itu terletak pada kelengkapan aksesorisnya. Perbedaan yang paling terlihat adalah tidak adanya roof rail, aksen krom, lampu kabut, wiper belakang, jam digital, laci bawah jok, dan pegangan tangan penumpang pada tipe DX.

Velg yang digunakan juga menjadi pembeda. Tipe GX menggunakan velg palang lima yang terlihat lebih sporty dibandingkan dengan tipe DX.

Adapun untuk Karimun kotak keluaran sebelum 2003, perbedaan yang terlihat adalah model spion, aksen pada grill, dan tidak adanya lampu kabut. Selebihnya, terbilang sama dengan tipe GX yang sama-sama menggunakan roof rail.

Pilihan tipe yang ingin dibeli tentu saja dikembalikan ke kalian sebagai calon pembeli. Sesuaikan dengan bujet yang dimiliki dan bagaimana kondisi mobil yang ditemui.

Seperti halnya membeli motuba atau mobil tua bangka pada umumnya, jangan pernah terpaku pada tahun pembuatan. Mobil yang usianya lebih muda belum tentu kondisinya lebih baik.

Tak perlu berpanjang lebar, buat kalian yang berencana membeli Karimun kotak perhatikan hal ini agar tidak menyesal atau mengeluarkan biaya banyak untuk perbaikan:

Perhatikan kelengkapan dan orisinalitas komponen bodi dan aksesori

Berbeda dengan komponen mesinnya yang terbilang murah, karena sebagian besar sama dengan Suzuki Carry 1.0, komponen bodi dan aksesoris Karimun kotak harganya terbilang tinggi, baik komponen yang ada di luar (eksterior) maupun dalam (interior).

Hal itu terjadi lantaran sebagian besar komponennya masih dibuat dan harus diimpor langsung dari Jepang. Seperti diketahui, mobil ini merupakan versi lokal dari Suzuki Wagon R Wide, turunan dari kei car Suzuki Wagon R.

Apabila menemukan Karimun kotak dengan komponen bodi dan aksesoris yang tidak lengkap atau rusak sebaiknya dipikir-pikir lagi. Selain mahal, beberapa komponen itu sudah tidak lagi diproduksi dan hanya tersedia bekasnya.

Salah satu komponen yang terlihat sepele tetapi jadi buruan adalah roof rail. Komponen yang terbuat dari plastik itu kerap ditemukan rusak karena usia atau penggunaan yang salah.

Apabila kalian ingin membeli roof rail baru, biaya yang harus dikeluarkan mencapai Rp7 juta. Tentu saja, harga itu terbilang tidak wajar untuk sebuah roof rail.

Alternatifnya adalah roof rail universal yang berbeda jauh bentuknya dengan asli atau roof rail replika karya anggota komunitas Karimun Club Indonesia (KCI). Roof rail replika ini bisa kalian tebus dengan harga Rp1 juta hingga Rp2 jutaan belum termasuk besi penampang alias hanya dudukan saja.

 

Stir berat? Pikir-pikir kalau mau beli!

Menemukan Karimun kotak dengan harga menarik, tetapi bermasalah di bagian kemudi atau stirnya yang berat? Sebaiknya jangan dibeli karena kemungkinan besar ada masalah di modul electronic power steering (EPS).

Karimun kotak sudah menggunakan EPS, seperti halnya mobil-mobil keluaran terbaru. EPS secara otomatis mati apabila mobil sudah mencapai kecepatan 60 km/jam untuk keamanan.

Tidak banyak bengkel, termasuk bengkel spesialis power steering yang bisa memperbaiki keluhan EPS pada Karimun kotak. Pemilik mobil tersebut kerap disarankan untuk mengganti modul yang harganya tidak murah, dan hanya tersedia dalam kondisi rekondisi.

Tentu saja bukan jaminan EPS tidak akan bermasalah di kemudian hari apabila diganti modul rekondisi. Daripada membeli rekondisi, lebih baik modul EPS yang rusak dilepas dan diperbaiki.

Berdasarkan, beberapa unggahan di grup KCI dan Karimun Kotak Solutions (KKS), modul tersebut bisa diperbaiki dengan cara diganti komponen elektroniknya, seperti elco dan kapasitornya ke ke tukang servis elektronik.

 

Pastikan karburator berfungsi normal

Walaupun mesinnya sama dengan Carry 1.0, Jimny SJ410, Katana, dan Forsa, karburator yang digunakan oleh Karimun kotak berbeda dengan mobil-mobil tersebut. Karburator karimun kotak dilengkapi dengan dua jarum skep untuk mendongkrak tenaga dan efisiensi bahan bakar.

Kit perbaikan atau repair kit yang khusus untuk Karimun kotak terbilang sulit dicari. Beberapa mekanik kerap menggunakan repair kit dari mobil lain untuk memperbaikinya. Tentu saja, hasilnya tidak sepenuhnya maksimal, karena ada bagian yang tidak diganti atau tidak terpasang.

Karburator baru Karimun kotak memang masih bisa dibeli dalam kondisi baru, tetapi harganya terbilang tinggi, berada di kisaran Rp7 juta hingga Rp8 juta, dan harus menunggu atau inden.

Hal itu membuat karburator bekas Karimun kotak banyak diburu dan harganya ikut melonjak. Alhasil, banyak pemilik yang menggantinya dengan karburator sejuta umat alias karburator milik Toyota Kijang yang murah dan mudah didapat.

Penggunaan karburator tersebut membuat konsumsi bahan bakar Karimun kotak menjadi lebih boros. Selain itu, apabila penyetelannya tidak pas, bisa membuat mobil menjadi tidak bertenaga dan muncul keluhan-keluhan lainnya, seperti putaran mesin tidak stabil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rezha Hadyan
Editor : Lili Sunardi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper