Bisnis.com, JAKARTA-- Dua proyek percontohan SPBL buatan BPPT ditargetkan selesai pada Agustus 2018. Kedua SPBL itu akan menjadi infrastruktur pendukung pengisian baterai mobil listrik di Tanah Air.
Deputi Bidang Teknologi Informasi Energi dan Material, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Eniya Listiani Dewi mengatakan pembangunan stasiun pengisian bahan bakar listrik (SPBL) akan mengambil lokasi di dua tempat milik BPPT yakni Jl. Thamrin, Jakarta Pusat dan Serpong.
"Kalau sudah ada mobil listrik bisa digunakan secara free, Agustus 2018 selesai pembangunannya. Ini untuk yang quick charging," ujarnya kepada Bisnis, Kamis (5/7/2018).
BPPT menjadi salah satu lembaga yang ambil bagian dalam pengembangan mobil listrik untuk mengurangi emisi. BPPT mengambil peran untuk pengembangan SPBL karena memiliki kemampuan pada bidang tersebut.
Infrastruktur pendukung seperti SPBL menjadi salah satu poin krusial untuk mendorong penggunaan mobil listrik. Pasalnya, pelaku industri otomotif mengaku siap menghadirkan kendaraan listrik dengan catatan tersedia SPBL.
Eniya menjelaskan SPBL Thamrin menggunakan listrik 50KW yang mampu mengisi penuh baterai mobil selama 30 menit, sementara di Serpong menggunakan skala 23KW. Untuk SPBL Thamrin akan menggunakan kombinasi listrik dari PLN dan energi terbarukan, sementara di Serpong diklaim 100% menggunakan energi baru terbarukan (EBT).
Baca Juga
Dia menjelaskan untuk pengembangan mobil listrik BPPT mendukung dari sisi pengembangan SPBL dan smart energy management system. Pada tahun ini, lembaga pengkajian teknologi nasional ini fokus pada pembangunan SPBL yang diklaim bakal cocok dengan mobil listrik yang diproduksi industri otomotif.
"Kan ada banyak yang mengembangkan mobil listrik, nanti kami minta coba charging di tempak kami,” katanya.
Adapun smart energy management system BPPT membantu untuk memetakan kelebihan listrik di perkotaan yang bisa dimanfaatkan jika lokasinya tepat untuk mengisi mobil listrik. Pusat-pusat keramaian seperti mal dan rumah sakit direncanakan dapat menjadi proyek percontohan untuk pengisian daya yang lebih lama.
“Jadi melihat di mana listrik yang lebih, apakah dekat pusat perbelanjaan sehingga bisa dibuat charging, sambil parkir bisa mengisi daya. Itu fokus tahun depan,” paparnya.
Eniya melanjutkan ke depan teknologi proyek percontohan SPBL milik BPPT akan diserahkan kepada BUMN atau swasta yang ingin membangun SPBL. Pasalnya, BPPT hanya bertugas mengkaji teknologi yang kemudian dapat diberikan kepada pelaku industri.
Sejauh ini, BPPT terus berkomunikasi dengan pelaku industri otomotif untuk mengembangkan SBBL yang tetap guna bagi industri otomotif. Mobil listrik dari pabrikan bisa mencoba kemampuan SPBL tersebut.
“Mobil listrik dari Mitsubishi dan Toyota masih kita bahas. Intinya kalau jadi akan memudahkan charger,” tambahnya.