Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan migas multinasional asal Inggris, BP Plc belum menghasilkan profit dari seluruh bisnis stasiun pengisian daya mobil listrik miliknya, yang tercatat mencapai hampir 10.000 unit.
Christian Girardeau, Direktur Elektrifikasi BP, mengatakan bahwa sejauh ini stasiun pengisian daya listrik BP belum memberikan keuntungan, tetapi dia berharap hal itu akan berubah seiring dengan pertumbuhan pasar mobil listrik ke depan.
Kendati demikian, Christian menambahkan bahwa perusahaan tetap mampu menghasilkan uang melalui pengiriman energi dalam kerja sama terkait kendaraan listrik.
“Saya tidak akan mengatakan kami tak mendapatkan keuntungan sama sekali di sana [stasiun pengisi daya], kami hanya mendapatkan keuntungan dari sisi energi,” ujarnya dikutip dari Bloomberg, Kamis (4/1/2021).
Christian menuturkan BP sejauh ini telah memasang hampir 10.000 pengisi daya dan telah menetapkan target 70.000 stasiun pada tahun 2030, dengan melakukan ekspansi besar-besaran di Eropa dan China.
Dia melanjutkan pengisian mobil listrik masuk ke dalam rangkaian layanan energi yang disediakan BP karena perusahaan minyak tersebut telah berusaha untuk melampaui bisnis minyak dan gas tradisional.
Baca Juga
Pada 2018, BP membeli Chargemaster, perusahaan pengisian kendaraan listrik terbesar di Inggris saat itu. Perusahaan minyak tersebut juga telah membentuk usaha patungan dengan Didi Chuxing untuk membangun infrastruktur pengisian daya di China.
Di sisi lain, BP Indonesia berencana memasuki bisnis penyediaan stasiun pengisian daya kendaraan listrik di Indonesia seiring dengan langkah BP Global yang telah menetapkan bisnisnya untuk energi yang lebih ramah lingkungan.
Presiden Direktur BP-AKR Peter Molloy mengatakan bahwa sejalan dengan keahlian BP dalam bidang elektrifikasi dan energi terbarukan, pihaknya berencana untuk menyediakan titik pengisian daya kendaraan listrik dan titik penggantian baterai untuk kendaraan roda dua.
“Kalau untuk saat ini mungkin hanya ada sekitar 6 atau 7 titik pengisian daya di Jakarta. Maka dari itu sebenarnya transisi ini sangat bersifat embrionik,” ujarnya.
Kendati demikian, Peter menilai bahan bakar fosil masih sangat penting di Indonesia. Selain itu, BP Indonesia melihat konsumsinya akan terus meningkat hingga 2030.
Menurutnya, pada masa transisi saat ini, BP-AKR telah siap dan dapat menawarkan solusi. Pasalnya, BP memiliki pengalaman kuat dan memiliki kemitraan bukan hanya di Indonesia, tapi juga secara global.