Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Karoseri Indonesia (Askarindo) menilai masih banyak pekerjaan rumah yang harus tuntas sebelum berpikir soal ekspansi pasar ke negara lain. Selain ekspor, pemerintah juga menawarkan penanaman investasi di Afrika.
Sekretaris Jenderal Askarindo T.Y Subagyo menyambut baik rencana tersebut. Namun, menurutnya, banyak hal yang masih harus dikaji. “Kebijakan investasi dan iklim bisnis di negara tujuan harus diketahui dulu seperti apa,” katanya kepada Bisnis, Selasa (6/3/2018).
Dia melanjutkan hal tersebut mungkin saja dilakukan. Pelaku usaha sudah pasti ingin terus melebarkan pasar. Namun, yang juga tidak kalah penting adalah volume pasar di negara tujuan.
Begitu juga dengan mengekspor kendaraan niaga secara utuh dalam bentuk bodi sudah terpasang di atas sasis. Hal ini masih terus dibahas, karena sejumlah agen pemegang merek tidak memiliki izin untuk menjual produk di negara selain Indonesia.
Adapun pemerintah melihat potensi bisnis perusahaan karoseri Indonesia. Kementerian Perindustrian dalam waktu dekat akan mengajak Askarindo ke Kenya, Afrika Timur untuk penjajakan.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kemenperin Harjanto mengatakan bahwa Kenya memiliki industri sasis dan mesin. Namun tidak ada perusahaan karoseri yang mumpuni.
“Di Afrika [karoseri] tidak begitu bagus. Mereka butuh itu,” katanya di sela acara Gaikindo Indonesia International Commercial Vehicle (Giicomvec) 2018 pekan lalu.
Baca Juga
Harjanto menjelaskan akan mengajak anggota Askarindo untuk menanamkan investasi di Kenya. Ekspor tidak melulu bicara soal mengapalkan barang jadi ke sana. “Kalau kita lihat negara maju investasi yang dikirim,” ujarnya.
Dia melanjutkan sudah melakukan pembicaraan dengan PT Mekar Armada Jaya. Produsen karoseri New Armada tersebut saat ini adalah satu perakit bus terbesar di Indonesia.
PT Adiputro Wirasejati menyatakan minatnya untuk mengambil peluang tersebut. Sebelumnya perusahaan sempat mengirim bus ke Timor Leste. “Kami tertarik untuk ekspor ke Kenya, tapi sejauh ini belum ada pembicaraan dengan pemerintah,” kata Marketing Bus PT Adiputro Wirasejati Jimmy.
Sementara itu Brand and Marketing Communication Manager Karoseri Laksana Factory Candra Dewi K mengatakan perakit bus Tanah Air memiliki kesempatan di negara dengan pendapatan perkapita di bawah Indonesia. Akan tetapi dia mengatakan untuk melakukan investasi ke negara lain belum ada rencana.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), rata-rata pendapatan per kapita Indonesia menurut IMF pada Oktober 2017 sebesar US$13.120. Sementara itu Kenya tercatat masih di kisaran US$1.500 pada 2016.
Sejauh ini, Laksana sudah mengapalkan karoseri ke Fiji sejak 2009. Hingga saat ini jumlahnya lebih kurang 200 unit.