Bisnis.com, JAKARTA – PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) memprediksi kinerja industri otomotif sepanjang tahun ini merosot signifikan, seiring dengan tekanan daya beli masyarakat di pasar domestik dan ketidakpastian ekonomi global.
Wakil Presiden Direktur TMMIN Bob Azam mengatakan, penjualan mobil hingga akhir 2025 akan turun hingga 15% secara year-on-year (YoY) dibandingkan tahun sebelumnya.
"[Penjualan mobil tahun ini] turun sudah pasti ya, di pasar domestik mungkin turun 10% hingga 15%," ujar Bob kepada Bisnis, dikutip Jumat (18/7/2025).
Sebagai pengingat, Gaikindo mencatat pada Januari - Desember 2024, total penjualan mobil secara wholesales sebesar 865.723 unit atau turun 13,9% YoY dari periode sama 2023 sebesar 1.005.802 unit.
Sementara itu, penjualan ritel juga turun 10,9% YoY menjadi 889.680 unit sepanjang 12 bulan 2024, dibandingkan 998.059 unit pada periode yang sama 2023.
Artinya, jika pada tahun ini diprediksi lanjut mengalami penurunan hingga 15%, maka angka penjualan mobil wholesales akan berada di kisaran 735.000 unit pada akhir 2025.
Baca Juga
Dari sisi domestik, isu mengenai pelemahan daya beli masih menjadi tantangan utama bagi penjualan mobil. Pemerintah pun mengumumkan outlook pertumbuhan ekonomi 2025 sebesar 5%. Angka tersebut lebih rendah dari asumsi APBN 2025 sebesar 5,2%.
Lemahnya daya beli masyarakat didukung oleh data hasil survei Bank Indonesia yang menunjukkan optimisme masyarakat untuk melakukan spending atau belanja yang tercermin dalam Indeks Keyakinan Konsumen terhadap kondisi ekonomi turun per Mei 2025.
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Mei 2025 sebesar 117,5. Angka tersebut lebih rendah dari April yang sebesar 121,7 meski masih masuk dalam level optimistis.
Sementara itu, dari faktor global, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menurunkan tarif impor untuk Indonesia menjadi 19%, dari sebelumnya 32%. Bob mengatakan bahwa perlu dicermati dampaknya terhadap daya saing produk lokal.
"Harus dilihat produk-produk dari AS yang masuk Indonesia apakah komplementari atau berlawanan dengan produk lokal kita. Kalau kita lihat produk tarif 19% terdiri dari 10% yang sudah fixed policy common tariff pemerintah AS dan 9% yang jadi additional tariff," jelasnya.
Adapun, tarif dari AS tersebut juga berdampak terhadap para pelaku industri komponen otomotif, terutama yang mengekspor komponen ke Amerika Serikat.
"Beberapa perusahaan komponen ada yang 25% ekspor ke AS, jadi [dampaknya] bervariasi," katanya.
GIIAS 2025 Jadi Harapan
Gaikindo mencatat, sepanjang periode Januari-Juni 2025, total penjualan mobil wholesales ambles 8,6% yoy menjadi 374.740 unit, dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya sebanyak 410.020 unit.
Sementara itu, penjualan mobil secara ritel pun turun 9,7% menjadi 390.467 unit, dibandingkan 6 bulan pertama 2024 sebanyak 432.453 unit.
Ketua I Gaikindo Jongkie Sugiarto mengatakan, para pelaku industri masih berharap pasar dapat pulih seiring dengan adanya ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025 yang akan digelar pada tanggal 24 Juli-3 Agustus 2025 di Indonesia Convention Exhibition (ICE), BSD City.
"Juli nanti akan ada GIIAS 2025, mudah-mudahan bisa menjadi stimulus untuk meningkatkan angka-angka penjualan," ujar Jongkie kepada Bisnis.
Ditinjau berdasarkan mereknya, penjualan mobil secara wholesales tertinggi masih diraih oleh Grup Astra, yakni Toyota dan Daihatsu masing-masing sebesar 123.846 unit dan 64.405 unit pada 6 bulan pertama 2025
Berturut-turut, penjualan mobil terlaris selanjutnya, yaitu Honda sebesar 32.681 unit, Mitsubishi Motors 31.081 unit, dan Suzuki 27.180 unit pada Januari-Juni 2025.