Bisnis.com, JAKARTA - Produsen mobil asal Jepang, Toyota memperkirakan akan mulai menjual mobil hidrogen pada 2030 mendatang. Adapun, salah satu mobil hidrogen yang kerap dipamerkan di Indonesia yakni Toyota Mirai.
Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Nandi Julyanto mengatakan, sejauh ini mobil hidrogen Toyota Mirai generasi 1 dan 2 belum dijual secara komersial, karena perseroan masih dalam tahap studi dan pengenalan kepada masyarakat terkait mobil berbahan bakar hidrogen.
"Kami sudah punya Mirai generasi 1 dan 2. Nanti kami akan evaluasi dulu. Kami perlu waktu untuk edukasi dan studi dulu. Kami juga sudah punya forklift, dan kami sedang pikirkan untuk konversi truk. Karena paling cocok itu memang truk ya, untuk FCEV," kata Nandi di Karawang, Jawa Barat pada Selasa (11/2/2025).
Menurutnya, untuk pengembangan ekosistem mobil hidrogen membutuhkan waktu setidaknya 5 sampai 6 tahun. Artinya, diharapkan mobil hidrogen Toyota dapat dijual secara komersial pada 2030 mendatang.
"Mungkin kalau pengalaman di beberapa negara itu kan sekitar 5-6 tahun, mudah-mudahan infrastrukturnya sudah lengkap. Nanti secara ekosistem sudah ada, mungkin di beberapa area dulu. Mudah-mudahan di 2030 bisa kita lakukan ya," jelasnya.
Adapun, Toyota kerap memamerkan mobil hidrogen andalannya yakni Toyota Mirai di beberapa pameran otomotif. Terakhir Toyota Mirai mejeng di hadapan pengunjung saat pameran Gaikindo Jakarta Auto Week (GJAW) 2024 pada November tahun lalu.
Baca Juga
Perlu diketahui, Toyota sudah menggelontorkan investasi senilai Rp35 miliar untuk membangun ekosistem stasiun pengisian bahan bakar mobil hidrogen (Hydrogen Refueling Station/HRS) di Karawang, Jawa Barat.
Lebih lanjut dia mengatakan, proses pembangunan HRS ini berlangsung selama 1 tahun yang melibatkan berbagai pihak dalam prosesnya, seperti pemerintah, akademisi, Pertamina, PLN, BRIN, TUV SUD, dan Indonesia Fuel Cell and Hydrogen Energy (IFHE).
Fasilitas HRS Toyota Indonesia ini memiliki kemampuan untuk mengisi bahan bakar hidrogen dengan tekanan 350 bar untuk Mirai dan truk fuel cell, serta 700 bar untuk Fuel Cell forklift, dengan waktu pengisian yang hanya memakan waktu 3 hingga 5 menit.
"Ke depannya, kami berharap HRS ini dapat mengakselerasi adopsi teknologi hidrogen di Indonesia, baik itu untuk mobility dan sektor lainnya," jelas Nandi.
Pada kesempatan yang sama, Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi mengatakan, peta jalan atau roadmap hidrogen nasional sedang disiapkan, termasuk regulasi dan insentif untuk mendorong penggunaan hidrogen sebagai energi bersih.
"Saat ini kami sedang menyusun roadmap hidrogen, dan diharapkan sekitar tahun 2038-2040 hidrogen bisa menjadi salah satu sumber energi utama, baik untuk kendaraan maupun pembangkit listrik," jelas Eniya.
Tak hanya itu, Eniya mengatakan pemerintah juga berencana mendorong industri mulai mengadopsi hidrogen sebagai energi alternatif.