Bisnis.com, JAKARTA — Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hingga di atas level Rp16.200 membuat para pabrikan otomotif seperti Hyundai hingga Suzuki menyusun berbagai strategi guna mengerek penjualannya.
Terlebih lagi data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia atau Gaikindo menunjukkan penjualan mobil secara wholesales mencapai 215.069 unit pada Januari-Maret atau kuartal I/2024, turun 23,9% dari 282.601 unit secara year-on-year (YoY).
Sementara untuk penjualan secara retail mencapai 230.778 unit pada kuartal I/2024, turun 15% dari 271.423 unit secara YoY. Rupiah yang terus melemah pun menjadi salah satu faktor lesunya penjualan pada Januari-Maret 2024.
Melemahnya rupiah juga tak luput dari pantauan Presiden Joko Widodo. Dari hasil rapat dengan Bank Indonesia (BI) sejumlah siasat akan dilakukan guna menjaga keseimbangan supply-demand valas di pasar melalui triple intervention, khususnya di pasar spot dan domestic non deliverable forward (DNDF).
Kemudian BI akan meningkatkan daya tarik aset rupiah untuk mendorong capital inflow, seperti melalui daya tarik SRBI [Sekuritas Rupiah Bank Indonesia], dan hedging cost. Di satu sisi, beberapa APM masih memasarkan produk yang diimpor dari berbagai negara termasuk mobil listrik.
Ketua I Gaikindo, Jongkie Sugiarto mengatakan asosiasi hanya bisa berharap agar pelemahan nilai tukar rupiah tidak berlangsung terlalu lama. Sementara masing-masing agen pemegang merek (APM) disebut memiliki strategi untuk menghadapi situasi ini.
Baca Juga
“Produk-produk yang masih memiliki kandungan komponen impor yang tinggi tentu menghadapi tantangan besar,” katanya kepada Bisnis dikutip Minggu (21/4/2024).
Suzuki Indonesia menjadi salah satu merek yang masih memasarkan produknya melalui skema skema impor utuh atau completely built up (CBU). Alhasil model-model yang diimpor tersebut paling rawan mengalami kenaikan harga.
4W Marketing Director PT Suzuki Indomobil Sales (SIS), Harold Donnel mengatakan strategi penjualan pada dasarnya merupakan salah satu dapur perusahaan yang tidak bisa dijelaskan secara gamblang.
Meski demikian, dia mengatakan Suzuki menerapkan perhitungan cost of goods sold (COGS) yang sifatnya tidak terlalu dinamis terhadap nilai tukar rupiah. Alhasil harga mobil Suzuki di Indonesia tidak serta-merta langsung terkerek atas perubahan nilai tukar.
COGS sendiri merupakan perhitungan biaya yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan untuk menghasilkan suatu produk maupun jasa kepada konsumen.
“Setiap teknik perhitungan COGS pasti ada titik ekuilibrium. Tinggal teknik mana yang paling jauh titik,” katanya kepada Bisnis, Rabu (17/4/2024).
Sementara PT Hyundai Motors Indonesia (HMID) mewanti-wanti pelemahan rupiah terhadap dolar AS yang berkelanjutan dipastikan mengerek harga produk mobil yang dipasarkan di Indonesia.
Chief Operating Officer HMID, Fransiscus Soerjopranoto mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah memiliki dampak jangka panjang jika terjadi lebih dari enam bulan beruntun. Adapun nilai tukar rupiah terhadap dolar AS saat ini sudah melampaui level Rp16.200.
Dampak tersebut baru terasa untuk jangka panjang karena adanya kebijakan perusahaan yang menyangkut aktivitas ekspor impor pada umumnya sudah dilindungi dengan hedging cost.
“Jika situasi berkelanjutan, maka dapat dipastikan harga mobil akan naik,” katanya kepada Bisnis, Rabu (17/4/2024).
Di satu sisi, PT Toyota-Astra Motor (TAM) menegaskan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hingga ke level Rp16.200 belum berdampak terhadap kenaikan harga produk termasuk yang dipasarkan dengan skema impor utuh.
Marketing Director TAM Anton Jimmi Suwandy mengatakan perusahaan masih terus memantau perkembangan dari nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing maupun faktor eksternal lainnya yang akan mempengaruhi harga produk maupun layanan.
Dia juga menegaskan banyak faktor yang menjadi pertimbangan penetapan harga seperti nilai tukar, harga bahan baku untuk produksi, biaya logistik, kondisi pasar, dan lain-lainnya.
“Saat ini belum ada dampak kepada harga mobil Toyota termasuk model CBU,” jelasnya kepada Bisnis, Rabu (17/4/2024).
Menyikapi situasi ini, dia menyebut Toyota terus berkoordinasi dengan jaringan dealer, pihak manufaktur, regional office maupun prinsipal untuk mencari jalan terbaik menjaga cost operasional dengan tetap menghadirkan paket mobilitas kompetitif bagi pelanggan.