Bisnis.com, JAKARTA — Realisasi investasi dari China untuk industri otomotif masih terbilang minim pada periode kedua Presiden Joko Widodo. Padahal merek-merek dari Negeri Tirai Bambu khususnya untuk mobil listrik kian berdatangan.
Berdasarkan data Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), nilai investasi sektor kendaraan bermotor dan trailer dari China sepanjang 2019 sampai dengan kuartal III/2023 menembus US$9 juta atau setara Rp140,41 miliar (kurs jisdor Rp15.593).
Realisasi investasi tersebut bahkan lebih rendah dibandingkan negara-negara tetangga seperti Malaysia dengan investasi US$15,72 juta, Thailand US$65,23 juta, dan Singapura US$46,72 juta.
Sementara realisasi investasi terbesar masih berasal dari Jepang dengan nilai US$2,73 miliar, dan Korea Selatan sebesar US$1,72 miliar.
Bila dilihat lebih dalam, realisasi investasi dari China pada 2019 mencapai US$1,84 juta. Kemudian turun 29,91% menjadi US$1,29 juta pada 2020. Bahkan realisasi investasi China tercatat nihil atau tidak ada sama sekali pada 2021.
Barulah kemudian China kembali menanamkan modalnya ke Indonesia senilai US$2,46 juta pada 2022. Nilai investasi pun kian meningkat pada 2023 yang baru mencapai kuartal III/2023 sudah menembus US$3,4 juta.
Baca Juga
Salah satu merek mobil China yang akan berinvestasi di Indonesia adalah Great Wall Motors yang berada di bawah naungan Inchcape Plc., dan juga PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS).
Rencana Great Wall Motors akan membawa mobil listrik yang terdiri dari Haval, Ora, dan Tank dan akan diproduksi secara lokal mulai kuartal I/2024. Nantinya, pabrik yang digunakan merupakan fasilitas yang sama untuk produksi mobil Mercedes-Benz.
Group CEO Inchcape Plc. Duncan Tait menyebut Indonesia menjadi salah satu pasar pertama dalam kemitraan strategis global dengan dengan Great Wall Motor Company Limited.
“Kami berinvestasi untuk jangka panjang untuk berada di pasar. Maaf kalau saya tidak menjelaskan berapa banyak, tapi investasi ini sangat signifikan,” katanya.
Selain Great Wall Motors, merek China lain yang merambah pasar Indonesia adalah Neta. Rencananya Neta akan memproduksi mobil listrik secara lokal dalam skema completely knocked down (CKD) mulai kuartal II/2024 dengan target produksi 10.000 unit.
Director of External Affairs and Product Neta Auto Indonesia Fajrul Ilhami menyebut, terdapat tiga fase dalam rencana Neta untuk memasarkan produknya di Indonesia. Tahap pertama pun berupa impor mobil utuh atau CBU melalui produk Neta V.
Kemudian tahap kedua dilanjutkan dengan fase produksi CKD untuk Neta V dan Neta U. Berlanjut pada fase ketiga adalah menggunakan skema incompletely knocked down (IKD) untuk menetapkan tingkat komponen dalam negeri (TKDN).
Mengenai nilai investasi di Indonesia, dia pun masih belum bisa membeberkan dana yang digelontorkan untuk melakukan produksi secara lokal karena masih dalam tahap perhitungan.
“Nilai investasi masih ada perhitungan dari tim terkait karena untuk maju ke tahap selanjutnya perlu koordinasi dan juga studi khususnya untuk supplier komponen utama seperti baterai, motor, dan body,” katanya.
Di satu sisi, pemerintah juga tengah membujuk BYD sebagai salah satu merek mobil listrik terbesar asal China untuk menanamkan modal di Tanah Air.
INVESTASI BYD dan GEELY
Presiden Joko Widodo pun telah menerima jajaran pimpinan produsen mobil listrik asal China, yakni BYD di Istana Merdeka pada 27 Oktober 2023. Pemerintah pun beberapa kali menyuarakan minat investasi BYD di Tanah Air.
Menteri Koordinator Maritim dan Investasi (Menko Marves) Ad Interim Erick Thohir menyebut, BYD melihat potensi besar dari pasar kendaraan listrik di Indonesia. BYD pun disebut berminat bekerja sama mengembangkan ekosistem kendaraan listrik.
“BYD sebagai perusahaan manufaktur kendaraan listrik terbesar di dunia melihat potensi besar Indonesia dan berminat untuk menjajaki kerja sama pengembangan ekosistem industri kendaraan listrik dan energi hijau di Tanah Air,” tutur Erick melalui unggahannya di Instagram.
Selain itu, Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi (Kemenko Marves) menargetkan kepastian investasi produsen otomotif asal China, Geely Automobile Holding Ltd. dapat diamankan sebelum berganti rezim politik pada 2024.
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves, Rachmat Kaimuddin, komunikasi antara pemerintah dengan Geely semakin serius ihwal potensi kerja sama pengembangan mobil listrik lokal di Indonesia.
Dia pun berharap kesepakatan dengan Geely dapat diputuskan pada tahun depan. Kerja sama itu diharapkan dapat meningkatkan kemampuan Indonesia untuk memproduksi mobil setrum sendiri.
“Bayangan kita mulai mau masuk tahun depan paling lambat ya, intinya kita juga kan lagi masa transisi ya, lagi masa politik,” katanya.
Chery Motor pun telah mengungkapkan komitmen serupa. Pada tahun lalu, Chery yang kini telah merakit seri Tiggo, berjanji akan menggelontorkan dana US$1 miliar untuk fasilitas produksi mobil konvensional dan mobil listrik Omoda 5 EV di Indonesia.