Bisnis.com, JAKARTA — Pasar otomotif Indonesia mulai diramaikan dengan banyaknya kehadiran dari merek asal China. Padahal realisasi investasi dalam lima tahun belakangan terbilang masih minim.
Ramainya merek China seperti BYD, Neta, Morris Garage, Great Wall Motors, dan GAIC yang berbondong-bondong datang ke Tanah Air bertepatan dengan langkah pemerintah membebaskan bea masuk, dan pajak penjualan barang mewah (PPnBM) impor mobil listrik secara completely built up (CBU) maupun completely knocked down (CKD).
Bila melihat data Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) khusus KBLI Industri Kendaraan Bermotor, Trailer, dan Semi Trailer, total realisasi investasi China di Indonesia baru mencapai US$11,02 juta (kurs jisdor Rp16.131) atau setara Rp177,79 miliar sepanjang 2019-2024,
Nilai tersebut memang jauh lebih sedikit bila dibandingkan Jepang senilai US$4 miliar atau setara Rp64,53 triliun, dan Korea Selatan US$1,81 miliar atau setara Rp29,25 triliun. Perlu digarisbawahi realisasi investasi 2024 baru mencapai kuartal I/2024.
Di tengah ramainya mobil listrik dari China, Hyundai yang merupakan salah satu merek terbesar dari Korea Selatan merasa tidak nyaman dengan kebijakan mobil listrik melalui Peraturan Presiden Nomor 79/2023.
Singkatnya, beleid tersebut memberikan insentif bea masuk, hingga PPnBM atas importasi mobil listrik berbasis baterai baik dalam keadaan CKD, IKD, hingga CBU untuk jumlah, dan jangka waktu tertentu.
Baca Juga
Hyundai lantas memberikan beberapa catatan untuk pemerintah terkait dengan regulasi mobil listrik yang diberlakukan. Mulai dari terlambat terbitnya Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP), hingga munculnya Perpres 79/2023.
Chief Operating Officer Hyundai Motors Indonesia Fransiscus Soerjopranoto mengatakan regulasi baru mengenai mobil listrik tidak konsisten terutama untuk perusahaan yang sudah terlanjur berinvestasi besar di Indonesia.
Padahal Hyundai sudah membuktikan komitmen investasinya dengan memiliki fasilitas manufaktur yang mampu memproduksi mobil listrik Ioniq 5 secara lokal. Bahkan produk Ioniq 5 sudah memiliki tingkat komponen dalam negeri (TKDN) 40%.
“Rencana perubahan regulasi berikutnya juga membuat kami tidak nyaman,” katanya, Sabtu (11/5/2024).