Bisnis.com, JAKARTA- Pabrikan otomotif asal Jepang dinilai tengah menghadapi tantangan berat di pasar China, seiring lambannya peralihan produk dari konvensional ke electric vehicle atau EV.
Dikuitip dari Reuters, Jumat (5/5/2023), tren elektrifikasi kendaraan bermotor di China telah menjungkirkan pasar bagi berbagai prinsipal asal Jepang. Banjirnya pasar China oleh produk EV yang ditopang stimulus pemerintah, telah membuat banyak konsumen beralih dari mobil bertenaga bensin.
Bahkan, dari data terkini, dari seluruh produk pabrikan Jepang di pasar China mengalami penurunan hingga 32 persen sepanjang kuartal pertama tahun ini dibandingkan periode sama tahun lalu. Tingkat penurunan itu dua kali lipat dari penurunan seluruh pemain industry. ndustri yang dianalisis oleh Reuters.
Hal yang sama juga dialami produsen otomotif terbesar kedua di dunia, Volkswagen AG. Sebaliknya, beruntungnya, produsen asal Jepang masih memiliki ujung tombak penjualan dengan berbagai model HEV maupun PHEV yang belakangan ikut bertumbuh.
Di sisi lain, para pemain industri otomotif harus mengatasi tantangan berat terpangkasnya margin dan mengetatkan produksi di pasar China. Persoalannya, sebut para analis, sejauh ini stok mobil ICE yang telah diproduksi pabrikan masih terbilang besar.
Hal ini, sebut Reuters, mengkhawatirkan keberlangsungan bisnis dari berbagai pabrikan Jepang di luar pasar dalam negeri.
Baca Juga
"Terutama pembuat mobil Jepang menghadapi persediaan mobil baru yang sedikit lebih banyak, di China,” Yasushi Matsui, Kepala Keuangan Denso Corp.
Mitsubishi Motors Corp, mengatakan pekan lalu telah menangguhkan produksi SUV Outlander di China selama tiga bulan. Tidak hanya itu, Mitsubishi juga menunda beberapa model di perusahaan patungannya dengan GAC Group milik negara.
Mitsubishi, seperti beberapa pembuat mobil Jepang lainnya, tidak memecahkan angka penjualan China. Data industri yang dianalisis oleh Reuters menunjukkan penjualan kuartal pertama di China turun 58 persen secara tahunan.