Bisnis.com, JAKARTA - PT TransJakarta dan Perusahaan Umum Pengangkutan Penumpang Djakarta (Perum PPD) menandatangani perjanjian kerja sama untuk pengadaan bus listrik lantai rendah (low deck) berbasis baterai sebanyak 26 unit pada Rabu, (28/12/2022) yang akan digunakan untuk layanan transportasi publik.
Berbeda dengan armada bus TransJakarta konvensional pada umumnya yang menggunakan sumber daya utama diesel, armada transportasi umum kali ini akan mengandalkan daya listrik yang diklaim ramah lingkungan.
"Kerja sama ini menandai babak baru kerja sama yang telah lama terjalin dengan TransJakarta yang selama ini memakai bus bermesin konvensional. Manajemen PPD yang sebentar lagi secara resmi di bawah naungan Perum Damri sangat antusias untuk mengoperasikan bus listrik yang ramah lingkungan untuk mencapai target nett zero emission," ujar Direktur Perum PPD, Joni Prasetiyanto mengutip laman resmi Perum PPD Jumat, (30/12/2022).
Adapun, target pengoperasian bus listrik TransJakarta tahap awal akan dilakukan mulai Juli 2023 mendatang. Tarif yang ditawarkan serupa dengan layanan bus TransJakarta sebelumnya. Hanya saja, baru beberapa koridor TransJakarta yang dilayani oleh bus listrik ini.
Sebagai informasi, PT TransJakarta membidik target pengadaan 100 unit bus listrik hingga tahun depan. Rencananya, bus listrik jenis Low Entry tersebut akan beroperasi di jalur Non-BRT pada tahun 2023.
Lantas, bagaimana tantangan pengembangan bus listrik di Indonesia dari sudut pandang pelaku industri?
Baca Juga
PT Daimler Commercial Vehicle Indonesia (DCVI) sebagai perusahaan distribusi kendaraan komersial Mercedes-Benz mengungkap masih banyak 'PR' untuk mengembangkan bus listrik di Tanah Air, salah satunya yakni ketersediaan infrastruktur penunjang.
"Ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk memastikan keberhasilan penerapan bus listrik di Indonesia. Maksud saya, kami tidak hanya menawarkan produk tetapi kami perlu memastikan bahwa kami memiliki ekosistem baru yang dapat mendukung pelanggan kami," ujar President Director PT DCVI, Naeem Hassim kepada Bisnis, Rabu, (28/12/2022).
Awalnya, Daimler sempat berencana memboyong prototipe bus listrik Mercedes-Benz ke Indonesia pada paruh pertama 2023. Namun, karena satu dan lain hal, rencana itu tertunda sampai sekitar semester II/2023.
Selain itu, kata Naeem, tantangan terbesar selain infrastruktur yakni pengelolaan baterai dan memastikan seluruh mitra bisnis atau dealer siap menyediakan suku cadang atau komponen yang diperlukan untuk bus listrik.
"Tantangan terbesar adalah mendapatkan ekosistem di sini yaitu charging station untuk kendaraan komersial dan bus listrik. Serta pemeliharaan baterai dan memastikan mitra bisnis [Dealer] kami terlatih dan siap dengan peralatan yang diperlukan untuk mendukung produk ini," katanya.
Oleh sebab itu, Daimler menyebut perlu adanya kolaborasi yang kuat antara para stakeholders untuk mengakselerasi ekosistem kendaraan listrik di Indonesia, tidak hanya fokus kepada pengadaan unit, tetapi juga pengelolaan dan ketersediaan infrastrukturnya.
"Mewakili Daimler CV Indonesia, kami ingin bekerja sama dengan pemerintah untuk mempromosikan EV di Indonesia, tetapi kami membutuhkan kolaborasi dan komunikasi yang lebih erat untuk memastikan transformasi EV yang berkelanjutan di Indonesia tentunya melalui badan masing-masing yaitu Gaikindo," tandas Naeem.