Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Semikonduktor dan Lockdown China Ganggu Rantai Pasok, Ini Strategi Antisipasi Toyota Indonesia

Kelangkaan cip semikonduktor membuat produsen otomotif global kelimpungan, kondisi diperparah dengan karantina wilayah yang dilakukan China. Toyota Indonesia selaku produsen otomotif pun merasakan dampak, seperti terpaksa harus menyesuaikan rencana produksi.
Pabrik Toyota./Antara-Reuters
Pabrik Toyota./Antara-Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Kelangkaan semikonduktor ditambah lockdown yang kembali dilakukan China membuat tim perencanaan produksi Toyota Indonesia harus mengurangi aktivitas. Mereka masih menerka keadaan dalam sebulan ke depan.

Marketing Director PT Toyota Astra Motor (TAM) Anton Jimmi Suwandy mengatakan sebenarnya kondisi di Tanah Air akibat dampak semikonduktor lebih beruntung. Pelaku industri masih bisa beroperasi.

“Saya cek di negara lain seperti Amerika Serikat dan Jepang produksinya sering terhenti. Kadang dalam dalam sebulan bisa 5 hari sampai 7 hari,” katanya saat bincang-bincang dengan wartawan pekan ini.

Anton menjelaskan bahwa sampai hari ini produksi pelaku industri otomotif Tanah Air berjalan setiap hari meski dengan usaha yang luar biasa.

Hal tersebut bisa terjadi karena hilirisasi di Indonesia cukup baik. Bahan mentah untuk perakitan mobil bervariasi dan melimpah.

Itu sebabnya kendaraan yang dirakit Toyota di Indonesia dan produk andalan mereka seperti Veloz masih ada stoknya, meski tidak semua tipe dan warna tersedia. Begitu pula dengan mobil ekonomis ramah lingkungan (LCGC/Low Cost Green Car).

“Di kita, yang kesulitan itu CBU [impor mobil dalam keadaan utuh]. Memang tidak besar tetapi akhirnya membuat inden,” jelasnya.

Kedua, yang membuat Toyota harus menunggu adalah berhubungan dengan mesin diesel karena produk tersebut masih impor. Sisanya, tambah Anton, masih aman.

Kelangkaan semikonduktor membuat perusahaan terhambat dalam berproduksi. Ini ditambah dengan China yang memberlakukan lockdown akibat melonjaknya penyebaran Covid-19.

“Jadi beberapa bulan belakangan banyak juga planning produksi yang dikurangi. Bahkan, kita juga harus menunggu kira-kira bulan ke depan seperti apa. Tetapi mudah-mudahan ke depan tidak diperburuk dengan hal lain,” terangnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper