Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

INDEF: Pasar Mobil Terancam Stagnan Sampai 2019

Institute for Development of Economic and Finance (INDEF) menilai pasar kendaraan bermotor roda empat dan lebih akan stagnan hingga 2019. Pasalnya dari sudut pandang ekonomi sulit mencari indikator positif yang dapat mengkerek pertumbuhan kendaraan penumpang.
Selain memproduksi Xpander, pabrik Mitsubishi di Greenland International Industrial Center (GIIC) Deltamas juga menjadi tempat kelahiran model lain seperti Pajero Sport dan kendaraan komersial Colt L 300 dan T 120 SS.
Selain memproduksi Xpander, pabrik Mitsubishi di Greenland International Industrial Center (GIIC) Deltamas juga menjadi tempat kelahiran model lain seperti Pajero Sport dan kendaraan komersial Colt L 300 dan T 120 SS.

Bisnis.com, JAKARTA – Institute for Development of Economic and Finance (INDEF) memproyeksikan pasar kendaraan bermotor roda empat dan lebih akan stagnan hingga 2019. Pasalnya dari sudut pandang ekonomi sulit mencari indikator positif yang dapat mengkerek pertumbuhan kendaraan penumpang.

Di sisi lain, kendaraan niaga tumbuh signifikan sejak akhir 2016 hingga 2017. Namun, komposisinya pada capaian domestik hanya sekitar 21%.

Direktur INDEF Enny Sri Hartati mengatakan ekspektasi pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi tahun ini masih pada kisaran 5%. Akan tetapi apabila dibedah lebih teliti, angka konsumsi rumah tangga tidak terlalu meyakingkan. Sepanjang kuartal pertama 2018, konsumsi rumah tanggal turun 5%.

“Ini yang belum mampu memberikan dampak signifikan terhadap daya beli masyarakat,” katanya dalam acara Pengembangan Pasar Domestik dan Meningkatkan Ekspor Kendaraan Bermotor di Jakarta, Kamis (12/4/2018).

Satu hal yang menjadi penyebabnya adalah faktor fundamental, yaitu ketersediaan lapangan pekerjaan. Data terakhir menunjukan, Indeks Ekonomi soal lapangan pekerjaan di bawah angka 100.

Satu sektor yang memberikan peluang lapangan pekerjaan adalah industri. Turunnya penjualan ritel pun berdampak negatif terhadap manufaktur.

Selain itu Enny juga melihat bahwa daya beli dihadapkan dengan angka inflasi yang seharusnya bisa ditekan. Pasalnya yang paling menjadi persoalan beberapa waktu terakhir adalah yang bersumber dari kebijakan pemerintah.

Kebutuhan pokok, seperti bahan bakar, tarif listrik, biaya perpanjangan STNK, angkutan transportasi, dan lainnya naik sepanjang 2017. “Sekalipun inflasi rendah, tapi juga pengaruh ke permintaan ritel, karena habis untuk memenuhi kebutuhan pokok tadi,” jelasnya.

Adapun berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), kapasitas terpasang manufaktur mobil saat ini sebanyak 2,25 juta unit. Sementara itu utilitas masih di angka 1,2 juta unit. Artinya ada kapasitas produksi mengganggur sebanyak 1 juta unit lebih.

“Pertanyaannya bagaimana meningkatkan utilisasi? Apa meningkatkan konsumsi dalam negeri? Atau ekspor?” ujar Ketua I Gaikindo Jongkie D. Sugiarto dalam kesempatan yang sama.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Muhammad Khadafi
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper