Bisnis.com, JAKARTA – Aksi korporasi Geely Automobile Hondling Ltd akhirnya berhenti, setidaknya untuk sementara. Setelah membeli hampir 10% saham Daimler AG, perusahaan otomotif China ini tidak lagi punya rencana dalam waktu dekat.
“Saat ini kami tidak punya rencana membeli lagi. Kami akan konsentrasi untuk mengembangkan yang sudah ada. Banyak ide dan banyak hal yang harus dilakukan,” kata pendiri dan chariman Geely Holding Li Shufu, mengutip Reuters, Senin (5/3/2018).
Li memimpin akuisisi sejumlah saham otomotif global sejak 2010. Volvo menjadi yang pertama. Transaksi senilai US$1,8 triliun ini berhasil membuat Geely merebut perusahaan otomotif asal Swedia itu dari Ford Motor Co.
Satu tahun setelahnya Geely menggelontorkan US$3,3 triliun untuk membeli saham AB Volvo, mayoritas saham produsen mobil sport Lotus, 49,9% pabrikan otomotif Malaysia Proton, dan start-up Terrafugia. Selain itu Geely juga sudah memiliki LEVC, pembuat taksi hitam London.
Sementara itu pembelian saham Dailer pekan lalu menyedot perhatian publik. Industri bernilai tinggi asal Jerman sudah jatuh ke tangan China. “Buat saya ini soal teknologi yang akan datang. Atau saya hanya ingin kue yang lebih besar dari hari ini,” katanya.
Berdasarkan Reuters, Li menggunakan shell company Hong Kong, pembiayaan bank, dan secara hati-hati menjadi pemegang saham tunggal terbesar Daimler.
Baca Juga
Li mengatakan sumber dana berasal dari dirinya sendiri dan dari bank asing, tanpa penjelasan lebih detail. Dia mengatakan satu pendanaan datang dari pemerintah China, meski demikian dia menyatakan tidak membutuhkan persetujuan pemerintah sebelum membeli saham.
“Kami tidak pernah bertanya pada pemerintah China untuk persetujuan investasi. Begitu juga saat membeli saham Daimler,” katanya.