Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pabrikan Otomotif China Belum Berhasil Taklukkan Pasar AS

Produsen otomotif asal AS tercatat telah menjual 2, 96 juta unit di pasar China, namun sebaliknya manufaktur asal China belum mampu menaklukkan pasar AS.
Kantor BYD di Amerika Serikat/byd.com
Kantor BYD di Amerika Serikat/byd.com

Bisnis.com, JAKARTA - Produsen otomotif asal AS tercatat telah menjual 2, 96 juta unit di pasar China, namun sebaliknya  manufaktur asal China belum mampu menaklukkan pasar AS.

Dua perusahaan otomotif terbesar asal China, Zhejiang Geely Holding Group dan BYD, telah mencoba memasarkan produknya di pasar AS dekade silam, namun gagal memenuhi standar aturan pemerintah serta ekspektasi konsumen AS. Dan kini, perusahaan otomotif Guangzhou Automobile Group yakin bahwa mobil buatannya akan mengukuhkan kesuksesan di pasar AS.

Guangzhou Automobile Group atau yang dikenal dengan sebutan GAC telah berpartisipasi dalam perhelatan akbar North American International Auto Show di Detroit dengan menghadirkan merek Trumpchi yang menjadi satu-satunya merek asal China diantara merek dunia lainnya seperti Toyota, Lexus, dan Volvo.

Di China,GAC memproduksi kendaraan dengan menggandeng sejumlah manufaktur otomotif terkemuka yaitu Toyota, Honda, dan Fiat Chrysler Automobile. Di tahun 2010, GAC mulai memproduksi kendaraannya di bawah merek Trumpchi yang diambil dari bahasa China yang dalam bahasa Inggris berarti 'kartu truf China'.

"Jika kami mampu sukses di pasar AS. Maka akan membantu rencana ekspansi kami ke seluruh pasar dunia dan tentu saja akan meningkatkan citra kami di pasar lainnya," kata President GAC, Feng Xingya.

Meski demikian,  dirinya juga menyadari bagaimana sulitnya merek baru dari luar negeri untuk masuk ke dalam pasar AS. Pekerjaan sulit tersebut tidak hanya sampai di situ saja, hubungan perdagangan antar kedua negara, terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS, manipulasi mata uang, serta kebijakan pemerintah China semakin meningkatkan ketegangan antar kedua negara tersebut.

Tentu saja, ketegangan tersebut akan mengganggu keberlangsungan perusahaan. Hal serupa terjadi saat hubungan China dan Jepang memanas yang mengakibatkan GAC mencatat penurunan laba hingga 74%.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yusran Yunus
Editor : Rustam Agus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper