Bisnis.com, JAKARTA – Selama 5 tahun terakhir ekspor mobil utuh atau completely built up (CBU) tumbuh sekitar 8%. Volume pengapalan hanya sempat anjlok pada 2016 sebanyak 6,4%. Secara berurutan, sejak 2013—2017, ekspor CBU membukukan pertumbuhan 1,39%, 18,32%, 2,68%, -6,40%, dan 18,92%.
Capaian tersebut diraih meskipun beberapa agen pemegang merek (APM) mobil di Indonesia secara perlahan tak lagi mengirim kendaraan bermotor dari Indonesia ke negara lain. Pada 2013 ada 8 APM yang mengapalkan mobil ke negara lain. Tahun lalu, tersisa 5 pemain.
Nissan pada 2014 sempat mengapalkan 11.215 unit, tetapi volumenya terus turun hingga tidak melaporkan apapun pada tahun lalu. Selain Nissan, Honda, dan Chevrolet juga serupa.
Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie D. Sugiarto mengatakan pemerintah ke depan harus menelurkan regulasi yang dapat mendorong volume ekspor. “Pokoknya harus membuat aturan-aturan dan kondisi-kondisi menjadi lebih orientasi ekspor,” katanya kepada Bisnis, Rabu (21/2/2018).
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), volume ekspor tumbuh positif karena 5 pemain yang tersisa saat ini terbilang agresif mengincar pasar negara lain. Toyota, kontributor terbesar volume ekspor tumbuh dua digit dalam beberapa tahun ke belakang, kecuali pada 2016.
Begitu juga Suzuki yang mencatatkan pertumbuhan signifikan sejak 2015—2017. Secara berurutan, PT Suzuki Indomobil Motor (SIM) menorehkan kenaikan volume ekspor sebanyak 16,18%, 28,71%, dan 24,68%.
Baca Juga
Hino terseok pada tahun 2017, tetapi sebelumnya membukukan pertumbuhan signfikan. Pada 2014, satu-satunya eksportir truk dari Indonesia yang terdaftar di Gaikindo ini tumbuh 62,3%. Setahun setelahnya merek ini malah tumbuh hingga lebih dari 3 kali lipat.
Begitu juga dengan Hyundai yang tumbuh 41,98% pada 2017 menjadi 2.831 unit. Pada 2014 Hyundai tumbuh hampir 2 kali lipat. Merek ini hanya sempat terhambat satu kali pada 2016 dengan penurunan sebanyak 15,97%.
Pemerintah berencana menggenjot ekspor mobil hingga enam kali lipat pada 2035. Pada periode itu, pengiriman kendaraan roda empat ke luar negeri akan mencapai 37,5% dari total produksi di dalam negeri.
Dalam peta jalan industri otomotif Kementerian Perindustrian disebutkan setiap 5 tahun sejak 2020 ekspor akan naik signifikan. Kenaikan paling tajam ditargetkan terjadi pada 2030, di mana pengiriman mobil ke luar negeri akan naik hampir 3 kali lipat dibandingkan 5 tahun sebelumnya.