Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tren Mobil Listrik, Industri Otomotif Indonesia Tak Akan Mati

Era kendaraan listrik (EV) di Indonesia diyakini tidak akan menelan korban. Hal ini lantaran pelaku usaha memiliki masa transisi yang cukup untuk berevolusi.
Pabrik Hino Indonesia di Purwakarta./.Hino
Pabrik Hino Indonesia di Purwakarta./.Hino

Bisnis.com, JAKARTA – Era kendaraan listrik (EV) di Indonesia diyakini tidak akan menelan korban. Hal ini lantaran pelaku usaha memiliki masa transisi yang cukup untuk berevolusi.

Presiden Direktur PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI) Kyoya Kondo mengatakan permintaan mesin pembakaran internal (ICE) tidak akan serta-merta hilang saat beleid kendaraan rendah emisi karbon (LCEV) ketuk palu.

Memang mobil listrik menggunakan rancang bangun lebih sederhana sehingga akan ada banyak komponen yang tidak digunakan lagi. “Secara umum, manufaktur mobil pindah ke EV akan ada perpindahan teknologi, tapi itu tidak akan terjadi dalam satu hari,” katanya seperti dikutip koran Bisnis Indonesia, Kamis (7/6/2018).

Dalam hal itu, MMKSI bersama pemerintah akan bersama menjaga industri yang ada saat ini. Kondo yakin pemerintah tidak akanmembiarkan seremonial kematian mesin konvensional menyambut era EV. Saat ini APM [agen pemegang merek] sudah banyak berinvestasi guna melokalisasi kendaraan berbahan bakar minyak.

Kendaraan listrik hibrida plug-in (PHEV) pun menjadi model yang paling sesuai pada tahap awal. Mobil tersebut masih menggendong mesin konvensional, sehingga industri otomotif dan pendukungnya tidak akan kehilangan pasar dalam sekejap.

Selain itu PHEV juga ditenggarai cocok untuk negara dengan keterbatasan infrastruktur pengisian daya. Bahan bakar minyak akan menjadi penyelamat kendaraan saat baterai sudah tidak bertenaga. “Apalagi Indonesia iklimnya panas, pendingin udara akan terus hidup. Itu akan membuat baterai cepat habis,” jelas Kondo.

Kondo menyatakan kesiapan Mitsubishi memproduksi kendaraan listrik di Indonesia. Pada waktunya nanti, PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Indonesia (MMKI) akan memiliki kemampuan membuat mobil energi baru terbarukan itu dengan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) tinggi.

Menurut Kondo, perusahaan hanya akan memiliki keterbatasan memproduksi baterai di Indonesia. Teknologi sumber tenaga mobil listrik ini tergolong mahal dan membutuhkan permintaan tinggi agar skala ekonomi tercapai. “Baterai nanti pakai Yuasa dari Jepang,” kata Kondo.

PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia menyatakan rencana rencana untuk merakit kendaraan dengan teknologi EQ power miliknya, yakni E350e di Indonesia. Namun, untuk tahap awal akan mengimpornya secara utuh.

“EQ untuk tahap awal CBU, tapi ke depannya tentu itu menjadi bagian dari CKD plant kami di sini,” kata Kariyanto Hardjosoemarto, Deputy Director Sales Operations & Product Management MBDI.

Marketing and After Sales Service Director PT Honda Prospect Motor (HPM) Jonfis Fandy mengatakan mobil listrik adalah tren dunia. Suatu hal yang baik apabila pemerintah mencanangkan target produksi mobil listrik. Namun, pelaku usaha perlu kejelasan agar bisa selaras dengan keinginan negara.

“Untuk mengejar hal tersebut harus dilakukan langkah signifikan sedini mungkin. Aturan jelas menjadi yang utama sebagai landasan pabrikan untuk bergerak menentukan strategi.”

SUKU CADANG

Dalam kesempatan berbeda, Sekretaris Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara mengatakan bahwa mobil konvensional secara rata-rata menggunakan 3.000 komponen. EV hanya membutuhkan 200 suku cadang.

Sementara itu produsen komponen otomotif PT Selamat Sempurna Tbk (SMSM) sejak 10 tahun terakhir telah bersiap menghadapi perkembangan teknologi di sektor otomotif. Semakin dekatnya era mobil bertenaga listrik, membuat perusahaan mulai memproduksi filter untuk alat berat atau kendaraan niaga.

SMSM saat ini adalah produsen komponen filter merek Sakura yang bisa digunakan untuk berbagai macam mesin, seperti mesin industri, otomotif, dan kapal laut. Perusahaan ini telah mendistribusikan produknya ke 100 negara.

Direktur Keuangan SMSM Ang Andri Pribadi menjelaskan kendaraan listrik tidak lagi membutuhkan filter bahan bakar dan oli. “Hanya tinggal satu filter untuk menyaring udara luar ke dalam,” katanya.

Diproyeksikan 10—15 tahun ke depan 90% produk filter merek Sakura dari SMSM diperuntukkan bagi kendaraan niaga seperti truk dan bus. Dua jenis kendaraan tersebut diyakini masih akan menggunakan bahan bakar minyak, karena membutuhkan torsi besar untuk beroperasi.

Selain itu, menurut Andri, kemunculan EV juga tidak akan langsung menghilangkan populasi kendaraan konvensional. “Mungkin berhenti diproduksi, tapi populasi tidak akan langsung hilang, kecuali pemerintah melarang mobil berbahan bakar minyak. Itu baru repot,” jelasnya.

Berdasarkan peta jalan Kementerian Perindustrian, mobil listrik diharapkan berkontribusi 10% terhadap produksi dalam negeri pada 2020. Selang 5 tahun setelahnya, sumbangsih diharapkan naik menjadi 20% dan hingga akhirnya menyentuh 35% pada 2035. Mobil listrik termasuk di dalamnya kendaraan yang masih menggendong mesin konvensional atau hibrida. (Muhammad Khadafi/Yudi Supriyanto)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bisnis Indonesia
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper