Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah dan kalangan pelaku usaha perlu berkolaborasi untuk menciptakan pasar bagi mobil listrik berbasis baterai (battery electric vehicle/BEV) bekas. Pasalnya, harga jual kembali BEV di pasar mobil bekas turun signifikan.
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur Dasar Kementerian Koordinator Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Rachmat Kaimuddin mengatakan perlu ada market maker alias pencipta pasar untuk mobil listrik BEV bekas.
Menurutnya, infrastruktur mobil listrik akan berkembang jika ada pasarnya. Terlebih, saat ini sudah banyak pemain mobil listrik baru yang masuk pasar Indonesia.
"Saya yakin teman-teman [APM] yang masuk ini bukanlah pemain-pemain baru ya. Mereka juga pemain-pemain lama, di negaranya pasti sudah mulai memikirkan juga suku cadang dan segala macam," ujar Rachmat di Jakarta, dikutip Selasa (25/2/2025).
Lebih lanjut Rachmat mengatakan, harga jual kembali mobil listrik di pasar mobil bekas juga menjadi faktor pendorong jumlah adopsi kendaraan listrik di Indonesia.
“Termasuk juga nanti harga jual kembali. Harga jual kembali itu biasanya berkaitan erat dengan populasi, apalagi kalau sudah ada yang minat bekasnya gitu ya," jelasnya.
Baca Juga
Oleh sebab itu, menurutnya pemerintah akan berdiskusi dengan para pelaku industri mobil listrik untuk menciptakan pasar mobil bekas. Salah satu opsinya yaitu melalui tukar tambah, nantinya para produsen yang menentukan harganya berdasarkan kondisi mobil listrik bekas tersebut.
“Tetapi memang kita perlu ngobrol juga sama teman-teman di industri. Kita perlu juga istilahnya harus ada market maker-nya. Jadi ada pencipta pasar, atau misalnya tukar tambah lah gitu kan," katanya.
Alhasil, beberapa poin penting untuk mendorong adopsi kendaraan listrik yaitu infrastruktur pengisian daya, layanan purnajual (aftersales), harga jual kembali, dan pembiayaan (financing).
Menurut Rachmat, semua itu perlu dibangun sejalan dengan pemerintah yang sudah memberikan insentif kendaraan listrik.
"Semoga semua ini biarlah nanti bukan hanya pemerintah saja, tetapi memang ini juga karena demand dari pasar," pungkas Rachmat.
Perlu Ada Kolaborasi
Pakar Otomotif dan Akademisi Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu mengatakan, untuk menjaga nilai jual kembali mobil listrik, para agen pemegang merek (APM), asosiasi industri otomotif, diler penjual kendaraan bekas dan pemerintah perlu berkolaborasi secara terpadu.
Misalnya, APM dapat memberikan garansi baterai yang panjang dan transparan, menawarkan program buyback dengan harga wajar setelah memperhitungkan seluruh business risk and model yang ada, serta menyediakan layanan purnajual khusus BEV yang terpercaya untuk membangun kepercayaan konsumen.
"Lalu, asosiasi dapat membentuk platform informasi harga BEV bekas yang terstandarisasi dan transparan, serta mengadakan event bursa mobil listrik bekas untuk meningkatkan likuiditas pasar," ujar Yannes kepada Bisnis, Selasa (25/2/2025).
Sementara itu, pemerintah berperan dengan menetapkan acuan standar kesehatan baterai bekas, memberikan insentif untuk upgrade teknologi baterai, mendukung ekosistem daur ulang baterai, serta melakukan edukasi pasar untuk meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap BEV bekas.
"Kolaborasi ini diharapkan akan menciptakan ekosistem yang mendukung stabilitas harga BEV di pasar sekunder," jelas Yannes.
Perlu diketahui, harga mobil listrik bekas anjlok signifikan. Sebagai contoh, mengacu laman resmi Hyundai per Februari 2025, harga Hyundai Ioniq 5 berkisar antara Rp719,9 juta untuk tipe terendah Prime STD Range. Sementara itu, tipe tertingginya Ioniq 5 Batik seharga Rp911,2 juta.
Di lain sisi, menilik harga di laman jual-beli mobil bekas OLX.id, Hyundai Ioniq 5 2023 varian Signature Long Range berkisar antara Rp505 juta hingga Rp558 juta. Artinya, dalam dua tahun, harga Ioniq 5 bekas turun hingga Rp200 juta-Rp300 jutaan.
Selain itu, ada juga mobil listrik Kia EV6 GT-Line yang seharga Rp1,34 miliar dan Kia EV6 GT dibanderol Rp1,79 miliar. Namun, di OLX, harga KIA EV6 GT bekas lansiran tahun 2023 berkisar Rp775 juta-Rp850 juta.