Bisnis.com, JAKARTA — PT Honda Prospect Motor (HPM) menyampaikan bakal memperkuat produksi lokal saat Thailand sedang dilanda krisis otomotif sepanjang 2024.
Sales & Marketing and After Sales Director Honda Prospect Motor Yusak Billy mengatakan, pada 2024 kondisi industri otomotif di Thailand tidak memberikan dampak signifikan terhadap pasokan dan penjualan mobil Honda di Indonesia.
"Kami tetap menjaga ketersediaan model yang diimpor dari Thailand dengan strategi yang fleksibel untuk memastikan produk tetap tersedia bagi konsumen di Indonesia," ujar Billy kepada Bisnis, dikutip Sabtu (1/2/2025).
Mengacu data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Honda tercatat mengimpor mobil sebanyak 4.263 unit pada periode Januari-Desember 2024.
Beberapa model mobil Honda yang diimpor dari Thailand yaitu Honda Acccord Hybrid, CR-V Hybrid, All New Civic, All New City, hingga beberapa spare part untuk Brio, Mobilio, BR-V dan HR-V.
Lebih lanjut dia mengatakan, pada 2025, model-model Honda yang diimpor dari Thailand tetap sama seperti sebelumnya, dengan jumlah unit yang akan terus disesuaikan dengan permintaan pasar.
Baca Juga
"Sementara itu, kami terus memperkuat produksi lokal untuk memenuhi permintaan pasar Indonesia secara optimal," jelas Billy.
Alhasil, pada 2025, Honda menyampaikan akan terus menjaga keseimbangan produksi dengan permintaan pasar dan menyesuaikan kapasitas produksi agar tetap kompetitif.
Krisis Otomotif Thailand
Perlu diketahui, penjualan mobil di Thailand mengalami penurunan drastis hingga mencapai titik terendah dalam 15 tahun terakhir. Kondisi ini semakin memperburuk reputasi negara tersebut sebagai pusat industri otomotif di Asia Tenggara.
Berdasarkan data dari Federasi Industri Thailand, total penjualan mobil domestik sepanjang 2024 hanya mencapai 572.675 unit, atau turun 26% (year on year/yoy) dibandingkan tahun sebelumnya. Angka itu merupakan yang terendah sejak 2009 silam.
Juru Bicara Asosiasi Industri Otomotif Thailand Surapong Paisitpattanapong mengatakan, salah satu faktor utama yang menyebabkan penurunan pasar otomotif adalah tingginya tingkat penolakan pinjaman mobil oleh lembaga pembiayaan.
"Secara nasional, sekitar 70% pengajuan kredit kendaraan ditolak sepanjang 2024," ujarnya dikutip dari Bloomberg.
Lesunya industri otomotif memberikan dampak besar terhadap sektor manufaktur Thailand. Kapasitas produksi di pabrik-pabrik otomotif turun hingga sekitar 58% pada November 2024.
Alhasil, sebagai langkah mitigasi, pemerintah Thailand telah mengeluarkan berbagai kebijakan keringanan utang, termasuk untuk masyarakat yang mengalami kesulitan membayar cicilan kendaraan.
Thailand saat ini memiliki rasio utang rumah tangga yang mencapai 86% dari produk domestik bruto (PDB) atau yang tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Kondisi ini semakin memperburuk daya beli masyarakat, yang pada akhirnya berdampak pada sektor otomotif dan industri lainnya.