Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penjualan Mobil Global Rontok Tergerus Lemahnya Ekonomi China

Penjualan mobil global melemah, imbas ekonomi China lesu, simak penyebab utamanya
Pengunjung memadati pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2024 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Serpong, Kabupaten Tangerang, Banten, Kamis (18/7/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung memadati pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2024 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Serpong, Kabupaten Tangerang, Banten, Kamis (18/7/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Sederet produsen mobil global mencatatkan penurunan kinerja penjualan sepanjang semester I/2024 imbas lesunya perekonomian China.

Perlambatan ekonomi di China yang meningkatkan inflasi terus-menerus dan penjualan kendaraan listrik yang buruk di Eropa menekan kinerja para produsen mobil global. 

Padahal, sederet produsen global telah meningkatkan pengeluaran untuk merombak pabrik-pabrik mereka dan mengembangkan berbagai model mobil listrik terbaru. Namun, perubahan kondisi tersebut berisiko menggagalkan strategi mereka karena pertumbuhan penjualan melambat. 

Melansir Bloomberg, pada Senin (5/8/2024), sederet produsen mobil global seperti Mercedes-Benz Group AG telah memangkas kisaran atas perkiraan margin tahunannya. Selain itu kinerja Stellantis, Nissan, dan Ford yang juga tidak memenuhi ekspektasi.

Sebagaimana diketahui, Negeri Tirai Bambu itu tengah menghadapi berbagai masalah, mulai dari krisis properti hingga meningkatnya ketegangan perdagangan atas subsidi kendaraan listrik. Tak hanya itu, produsen mobil Barat juga berjuang untuk mengimbangi produsen lokal yang lebih gesit yang dipimpin oleh BYD Co.

"Terjadi persaingan yang meningkat diiringi sentimen konsumen yang melemah di China. Namun, kami memperkirakan bahwa ekonomi China akan stabil pada kuartal III/2024," ujar CEO BMW, Oliver Zipse. 

BMW melaporkan profitabilitas produksi otomotif kuartal kedua yang tidak memenuhi ekspektasi analis dan menandai biaya beban yang lebih tinggi untuk sumber daya serta penelitian dan pengembangan. Alhasil, saham BMW anjlok hingga 5,2% di Frankfurt, penurunan intraday tertajam sejak 16 Mei. 

Di China, BMW menaikkan harga di seluruh jajaran produknya dan mengurangi target penjualan bagi diler di negara tersebut untuk menghindari perang harga yang sengit. 

Sementara itu, Volkswagen beralih ke mitra lokal termasuk Xpeng Inc dan mempersiapkan merek kendaraan listrik baru di China untuk membalikkan keadaan.

Selain itu, kinerja penjualan Toyota Motor Corp turun 11% pada semester I/2024 di China, membatalkan kebangkitan kembali mobil hibrida di Amerika Utara. Kemudian, Daimler Truck Holding AG memangkas prospek tahunannya pada Kamis (1/8/2024) karena penjualan yang melemah di Eropa dan China.

Tidak seperti kebanyakan produsen mobil lainnya, penjualan kendaraan listrik BMW tergolong moncer. Pengiriman global model bertenaga baterai seperti i4 dan iX1 melonjak pada kuartal II/2024, mengalahkan pesaingnya Mercedes-Benz dan Audi. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper