Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penjualan Pick-Up Lesu, Isuzu Ungkap Penyebabnya

Penjualan kendaraan niaga pikap lesu sepanjang Januari—Mei 2024. PT Isuzu Astra Motor Indonesia menyebut lesunya pasar pikap disebabkan oleh sejumlah faktor.
Mobil Pick Up Isuzu. Dok Isuzu
Mobil Pick Up Isuzu. Dok Isuzu

Bisnis.com, JAKARTA — PT Isuzu Astra Motor Indonesia atau IAMI menjelaskan terdapat beragam faktor yang membuat penjualan kendaraan niaga pikap lesu sepanjang Januari—Mei 2024.

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia atau Gaikindo, penjualan pikap dari Isuzu secara wholesales mencapai 3.973 pada Januari-Mei 2024, turun 19,54% year-on-year (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebanyak 4.938 unit. 

Business Operation & Strategy Division Head IAMI Attias Asril mengatakan, penjualan pikap secara ritel mencapai 4.268 unit pada Januari–Mei 2024, turun 8,6% yoy dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebanyak 4.680 unit.

Menurutnya, lesunya penjualan ini diakibatkan oleh konsumen yang cenderung wait and see seiring adanya Pemilu 2024. Selain itu, lesunya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) juga menyebabkan daya beli mengalami penurunan.

“Turunnya harga komoditas juga berdampak terhadap penundaan pembelian unit oleh customer,” ujarnya kepada Bisnis, Jumat (28/6/2024).

Adapun, penjualan pikap Isuzu model Traga masih didominasi oleh sektor distributor & ritel, serta agrikultur & kehutanan.

Sementara itu, penjualan terbesar masih berasal dari Pulau Jawa dengan kontribusi 47%. Kemudian, disusul oleh Sumatra Utara sekitar 20,5%.

Secara keseluruhan pasar, penjualan kendaraan jenis pikap terpantau turun 21% pada Januari–Mei 2024 dari jumlah wholesales 54.138 unit menjadi 42.588 unit.

Sebelumnya, Isuzu menetapkan fokus pada segmen transportasi dan logistik yang digunakan untuk mendukung bidang usaha konsumsi primer, manufaktur dan pergudangan seiring lesunya pasar komoditas untuk truk berat.

Penurunan tajam terjadi untuk pasar komoditas seperti sektor tambang batu bara dan kelapa sawit. Hal ini tak lepas dari buruknya cuaca yang mempengaruhi produksi komoditas, serta permintaan yang fluktuatif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper