Bisnis.com, JAKARTA — PT Toyota-Astra Motor (TAM) menegaskan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hingga ke level Rp16.200 belum berdampak terhadap kenaikan harga produk termasuk yang dipasarkan dengan skema impor utuh atau completely built up (CBU).
Marketing Director TAM Anton Jimmi Suwandy mengatakan perusahaan masih terus memantau perkembangan dari nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing maupun faktor eksternal lainnya yang akan mempengaruhi harga produk maupun layanan.
Dia juga menegaskan banyak faktor yang menjadi pertimbangan penetapan harga seperti nilai tukar, harga bahan baku untuk produksi, biaya logistik, kondisi pasar, dan lain-lainnya.
“Saat ini belum ada dampak kepada harga mobil Toyota termasuk model CBU,” jelasnya kepada Bisnis, Rabu (17/4/2024).
Menyikapi situasi ini, dia menyebut Toyota terus berkoordinasi dengan jaringan dealer, pihak manufaktur, regional office maupun prinsipal untuk mencari jalan terbaik menjaga cost operasional dengan tetap menghadirkan paket mobilitas kompetitif bagi pelanggan.
Merujuk data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia atau Gaikindo, Toyota melakukan importasi sebanyak 5.234 unit sepanjang Januari-Maret 2024, turun 45,8% dari 9.664 unit dibandingkan periode sama tahun lalu.
Baca Juga
Dari jumlah tersebut, terdapat beberapa mobil hybrid yang diimpor secara utuh seperti Alphard 2.5 Hybrid sebanyak 263 unit, Corolla Cross 1.8 A/T Hybrid 2 unit, dan Corolla Cross 1.8 A/T Hybrid Gr Sport 3 unit.
Selain itu, mobil listrik berbasis baterai atau battery electric vehicle (BEV) dari Toyota, yakni bZ4x masih berstatus impor secara utuh dari Jepang. Namun, selama periode ini tidak ada impor yang tercatat.
Sementara dari sisi penjualan secara wholesales, bZ4x sebagai satu-satunya model BEV dari Toyota baru terlego sebanyak 2 unit pada Januari-Maret 2024.
Kemudian untuk mobil hybrid Toyota telah melego sebanyak 6.917 unit dengan Innova Zenix Hybrid mendominasi penjualan sejumlah 5.636 unit.
Khusus untuk model tersebut memang sudah produksi secara lokal, juga masih menyisakan sedikit komponen impor. “Iya masih ada komponen impor, tapi dampak ke harga masih kami pelajari,” simpul Anton.