Bisnis.com, JAKARTA — Di tengah terkoreksinya penjualan domestik untuk kendaraan niaga, sebaliknya terdapat banyaknya importasi truk yang berasal dari China.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai importasi dari kode HS 87042369 mencapai US$113,07 juta atau setara Rp1,77 triliun (kurs jisdor Rp15.685). Nilai tersebut merupakan nominal barang yang didatangkan dari China melalui pelabuhan Morowali, Weda, dan Pulau Obi.
Secara rinci, pengapalan kendaraan niaga ke Morowali mencapai US$18,74 juta atau Rp294,04 miliar, Pulau Obi US$1,18 juta atau Rp18,64 miliar, dan Weda US$93,13 juta atau Rp1,46 triliun.
Adapun, kode HS 87042369 merupakan pengelompokan untuk kendaraan bermotor selain pendingin, pengumpul sampah, tanker, lapis baja, hooklift, dumper; untuk pengangkutan barang, hanya dengan mesin diesel atau semi diesel; g.v.w. > 24 ton & ≤ 45 ton; bukan CKD. Mayoritas HS ini merupakan truk diesel.
Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia atau Gaikindo Yohanes Nangoi mengatakan truk yang berasal dari China tersebut digunakan untuk operasional tambang sehingga tidak perlu dilakukan bea balik nama.
Alhasil harga yang ditawarkan oleh truk dari China tersebut merupakan off-the-road. Nangoi mengakui terdapat kelemahan dari aturan yang berlaku untuk importasi kendaraan.
Baca Juga
Menurutnya, truk yang masuk ke Indonesia seharusnya minimal sudah menerapkan standard emisi euro 4. Bila tidak mematuhi aturan tersebut, maka truk yang didatangkan tidak bisa digunakan untuk operasional.
“Mereka masuk ke tambang sehingga tidak perlu namanya dibalik nomor. Jadi harga off the road, dan ini yang terus terang sedang kami coba cegah,” ujarnya di Jakarta, Rabu (7/2/2024).
Merujuk data Gaikindo, penjualan truk sepanjang 2023 mencapai 77.581 unit sepanjang 2023, turun 16% dari 92.634 pada tahun sebelumnya.
Secara rinci penjualan untuk light truck sebanyak 49.012 unit atau turun 23%, medium truck sejumlah 7.797 unit atau naik 6%, sedangkan heavy truck mencapai 20.772 unit atau turun 4%.