Bisnis.com, JAKARTA- Pelemahan pasar mobil listrik global membuat demam berbagai pemain industri, termasuk produsen baterai raksasa CATL China.
Dikutip dari Reuters, pada Rabu (31/1/2024), CATL Tiongkok memperkirakan pertumbuhan laba tahun 2023 jauh lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya karena negara tersebut bergulat dengan melambatnya permintaan dan persaingan yang ketat.
CATL, produsen baterai kendaraan listrik terbesar di dunia, menghadapi tantangan dari pesaingnya yang lebih kecil. Dari arah lain, permintaan China selaku pasar terbesar mobil listrik, tengah melandai.
Produsen baterai kendaraan listrik peringkat kedua di Tiongkok, BYD, pada hari Senin memperkirakan laba bersih tahun 2023 naik jauh lebih lambat dibandingkan 2022. Sedangkan, pembuat baterai Korea LG Energy Solution memperkirakan pertumbuhan yang melambat di pasar kendaraan listrik global tahun ini.
“Momentum EV global sedang terhenti. Pasar kelebihan pasokan vs permintaan,” kata Analis Morgan Stanley Adam Jonas dalam catatan penelitiannya baru-baru ini.
Albemarle, produsen bahan baterai utama kendaraan listrik litium terbesar di dunia, mengatakan bulan ini pihaknya memangkas lapangan kerja dan belanja modal sebagai respons terhadap penurunan harga. Sebuah laporan menyebutkan PHK sebesar 4% dari tenaga kerjanya.
Baca Juga
Sementara itu, penjualan kendaraan listrik Jerman, termasuk model hibrida plug-in, turun 16% tahun lalu dan diperkirakan akan turun 9% lagi pada tahun 2024, termasuk penurunan sebesar 14% untuk kendaraan listrik baterai murni, menurut asosiasi otomotif Jerman VDA.
“Subsidi telah habis dan pada saat yang sama, perekonomian kita berada dalam kondisi yang sulit. Kecenderungan konsumen untuk membeli tidak terlalu terlihat,” kata Kepala Ekonom VDA, Manuel Kallweit.
Namun, produksi kendaraan listrik Jerman diperkirakan akan meningkat sebesar 19% tahun ini menjadi 1,45 juta unit, dengan sebagian besar produksinya ditujukan untuk ekspor, kata VDA.
Permintaan kendaraan listrik di Eropa telah melemah dan produsen mobil di kawasan ini menghadapi persaingan dari pesaingnya dari Tiongkok. Tampaknya, mereka yang paling merasakan dampak buruk di sektor ini adalah para startup EV.
Jatuhnya permintaan mobil listrik juga membuat Lordstown Motors, Proterra dan Volta Trucks Swedia bangkrut. Mereka menghadapi kondisi perekonomian yang dan menghambat akses terhadap modal.
Polestar pekan lalu mengatakan pihaknya berencana memangkas sekitar 15% tenaga kerjanya, atau 450 orang, karena pasar yang menantang.
Dalam jangka panjang, para pembuat mobil menaruh taruhan mereka pada kendaraan listrik, meskipun mereka masih mendapatkan keuntungan dari tingginya permintaan akan kendaraan bertenaga mesin pembakaran internal (ICE).
“Kami tahu pasar kendaraan listrik tidak akan tumbuh secara linier,” kata CFO GM Paul Jacobson.