Bisnis.com, JAKARTA - Puluhan dealer pabrikan mobil listrik BYD di provinsi timur Shandong, China dikabarkan tutup.
Seperti dilaporkan Jinan Times, dikutip dari Reuters, Qiancheng Holdings, yang mengelola toko-toko BYD, disebut mengalami kesulitan sehingga harus menutup dealer-dealernya.
Tutupnya puluhan dealer BYD tersebut akan merugikan lebih dari 1.000 konsumen yang masih berhak atas garansi dan layanan purnajual. Para pemilik mobil pun langsung menghubungi pihak terkait perlindungan hak untuk mencari solusi.
Surat kabar itu mengatakan Qiancheng, yang pernah memiliki omzet tahunan sebesar 3 miliar yuan (US$416,71 juta) dan mempekerjakan 1.200 orang, menerbitkan surat pada 17 April lalu.
Isi surat tersebut menyalahkan penyesuaian yang dilakukan BYD terhadap kebijakan dealernya karena menempatkan arus kasnya di bawah tekanan yang luar biasa.
Respons BYD Indonesia
PT BYD Motor Indonesia buka suara soal ditutupnya sebanyak 20 diler BYD di China yang dikelola oleh Shandong Qiancheng Holdings Co., Ltd, operator jaringan diler mobil BYD di Shandong, China, buntut dari krisis finansial perusahaan mitra tersebut.
Baca Juga
"Tutupnya grup diler tersebut murni dikarenakan permasalahan keuangan internal perusahaan [Qiancheng], tidak berhubungan dengan BYD," ujar Head of Public and Government Relations PT BYD Motor Indonesia, Luther Panjaitan, Selasa, dilansir dari Antara.
Luther membeberkan bahwa BYD saat ini mencatat memiliki lebih dari 4.000 diler di seluruh kawasan China yang aktif dan beroperasi dengan baik.
Sehingga, menurut Luther, tutupnya 20 diler tersebut tidak merepresentasikan rasio dan kondisi keseluruhan bisnis retail diler BYD.
Ia juga mengemukakan bahwa saat ini, penjualan global BYD secara korporat pada bulan Mei 2025 tercatat sebesar 382.476 unit kendaraan, mengalami kenaikan sebesar 0,63 persen dari bulan sebelumnya dan 15,27 persen dari tahun lalu di bulan yang sama.
"Kenaikan ini memperlihatkan bahwa kejadian tersebut tidak mencerminkan performa bisnis BYD," tegas Luther.
Diketahui, sebanyak 20 diler 4 S (Sales, Service, Spare Part dan Survey) dari Shandong Qiancheng Holdings Co., Ltd. yang menjajakan kendaraan dari BYD di Provinsi Shandong, China harus ditutup karena mengalami krisis operasional yang parah sejak April 2025.
CarnewsChina pada Jumat (30/5), mengabarkan bahwa dengan adanya penutupan akibat krisis ini, ruang pamer tersebut tidak lagi memajang berbagai kendaraan yang dimiliki oleh BYD.
Dampaknya, lebih dari 1.000 konsumen belum menerima layanan purnajual dan jaminan kendaraan.
Sebagai bentuk tanggungjawab, Luther menyebut BYD telah mengambil langkah positif dengan mengakuisisi beberapa diler di beberapa lokasi tersebut serta melindungi hak-hak karyawan dan konsumen.
"Kami turut prihatin terhadap hal yang menimpa rekanan kami tersebut. Kami pastikan, hal tersebut tidak berpengaruh kepada upaya pemasaran, penjualan dan purnajual kami di Indonesia," imbuhnya.
Qiancheng didirikan pada tahun 2014 dan dengan cepat menjadi mitra strategis utama BYD di Shandong. Grup ini mengoperasikan lebih dari 20 diler dan ruang pamer BYD di seluruh wilayah.
Bahkan, mereka pernah mengklaim bahwa penjualan tahunannya dapat mencapai sebesar 3 miliar yuan (420 juta dolar AS) dan mempekerjakan lebih dari 1.200 staf.
Pada bulan April 2024, Ketua BYD Wang Chuanfu mengunjungi Qiancheng Group di Jinan, yang secara luas ditafsirkan sebagai pengakuan tertinggi atas status mereka sebagai diler inti. Namun, masalah keuangan sudah mulai muncul di balik permukaan.