Bisnis.com, JAKARTA- Hasrat Indonesia mengejar predikat sebagai hub industri mobil listrik regional tak pernah padam. Teranyar, Menko Marves Luhut B. Pandjaitan melontarkan kabar baru, bahwa pemerintah tengah mendekati Geely Automobile untuk membesut mobil listrik lokal.
Langkah ini, sebut Luhut, baru pada tahap pembicaraan dengan pihak produsen mobil asal China tersebut. “Dua hari yang lalu saya tanya mereka, bisa tidak kalau joint research? Buat dengan Indonesia untuk mobil EV di Indonesia, mereka bilang bisa dan presiden juga setuju,” ungkap Luhut di Grand Sahid Jaya Hotel, Jakarta, Kamis (14/9/2023).
Rencana inipun membangkitkan kembali mimpi kehadiran mobil nasional atau Mobnas, meski kini bersematkan teknologi listrik. Singkatnya, Mobnas EV bakal diawali kerja sama dengan Geely beserta tim riset dari Institut Teknologi Bandung (ITB).
“Sehingga 2025 atau 2026 kita sudah punya mobil listrik sendiri yang dibuat anak bangsa sendiri,” tutur Luhut.
Wacana Mobnas sangat akrab bagi publik Indonesia, sepanjang riwayat Mobnas Timor hingga Esemka meski beda pendekatan kebijakan. Kini Mobnas kembali berhembus.
Sebaliknya, nama Geely pun tak asing lagi bagi pasar otomotif nasional. Prinsipal otomotif asal China yang kini juga telah menguasai Proton Malaysia itu, pernah menjalani debut pasar pada 2011.
Baca Juga
Kehadiran Geely sebagai pionir mobil China di pasar Indonesia, mendampingi kiprah Chery yang menjejak lebih dulu.
Geely sempat menyesap manis pasar otomotif domestik. Sebagai pemain anyar, penjualan tahunan Geely mencapai seribuan unit pada era 2011-2012.
Sayang, kinerja itu tak bernafas panjang. Hingga memasuki 2016, nasib penjualan Geely tak menemukan kejelasan.
Nama Geely kemudian muncul justru terkait dengan fasilitas produksi mobil Esemka. Pada 2016 lalu, Bisnis pernah menelusuri jejaring fasilitas produksi Esemka yang masih dibawahi PT Adiperkasa Citra Esemka (ACE).
Selama penelusuran Bisnis pada saat itu, terungkap fasilitas perakitan mobil Esemka yang berlokasi di Jalan Raya Cipeucang, Cileungsi, Jawa Barat itu hanya areal parkir.
Persoalannya, di beberapa sudut, terdapat tumpukan puluhan hingga ratusan unit mobil Geely. Dari keterangan yang didapat, fasilitas perakitan itu digunakan untuk Geely Emgrand.
Di sisi lain, setelah hengkang, memang penjualan Geely tak lagi tampak dari pendataan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo). Namun, Geely Holding Group membawahi berbagai merek mulai dari Volvo, Lotus, bahkan Proton.
Pertanyaannya kemudian, apakah Geely bersedia kembali ke Indonesia, untuk membangun Mobnas EV, meski telah menggenggam fasilitas produksi Proton sebagai oto kebanggaan “Negeri Jiran”?