Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Neraca Dagang Otomotif Defisit Rp778 Miliar, Perdana Sejak 2018!

Kinerja ekspor kendaraan dan bagiannya dengan kode HS 87 mencapai US$4,46 miliar sepanjang Januari-Mei, impor tercatat mencapai US$4,51 miliar.
Ekspor mobil Nissan dari Thailand. /NISSAN
Ekspor mobil Nissan dari Thailand. /NISSAN

Bisnis.com, JAKARTA — Neraca dagang sektor otomotif tercatat mengalami defisit hingga hingga US$52,5 juta atau setara Rp778,41 miliar (kurs jisdor Rp14.827) sepanjang Januari-Mei 2023.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kinerja ekspor kendaraan dan bagiannya dengan kode 87 mencapai US$4,46 miliar, naik 11,88 persen secara YoY. Di sisi lain, kinerja untuk impor tercatat mencapai US$4,51 miliar, naik 26,34 persen dari US$3,57 miliar.

Impor dari Thailand tercatat meningkat signifikan hingga 106,80 persen menjadi US$190,49 juta sepanjang Januari-Mei 2023.

Selain itu, impor dari Jepang mencapai US$282,11 juta, naik sebesar 30,53 persen secara YoY. Kemudian impor dari China mencapai US$202,96 juta, naik sebanyak 46,51 persen.

Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara mengatakan, memasuki paruh kedua 2023, para pelaku industri otomotif perlu fokus pada perekonomian dan menjaga momentum yang ada.

Adanya momentum pertumbuhan perekonomian dinilai membuat penjualan mobil secara ekspor maupun domestik cukup solid.

“Kita harus menjaga momentum penjualan ekspor dan domestik juga sudah bagus, Kita itu sudah swasembada kendaraan bermotor roda empat atau lebih dan itu harus kita jaga,” tuturnya.

Padahal, pada periode Januari-April, neraca dagang otomotif masih mencatatkan surplus meskipun tergerus. Tingkat surplus itu anjlok seiring melesatnya impor terutama dari China. Neraca dagang sektor otomotif di Indonesia mencatatkan surplus US$80,8 juta atau setara dengan Rp1,2 triliun sepanjang Januari – April 2023.

Pada tahun lalu, neraca dagang otomotif pun masih cukup positif. Neraca dagang produk otomotif yang dihimpun dalam kode HS 87 pada 2022 mencatatkan tren positif dengan mengalami surplus US$1,48 miliar. Namun, jumlah tersebut menyusut dibandingkan beberapa tahun belakangan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah tersebut surplus pada 2022 itu tidak lebih baik dari tahun sebelumnya yang berhasil mencetak surplus US$1,93 miliar.

Alhasil, neraca dagang sektor otomotif itu mengalami penurunan 23,4 persen. Dalam catatan Bisnis, penyusutan surplus ini terjadi juga pada periode 2021 yang menurun 10 persen. Mengingat kinerja pada 2020 jumlah neraca dagang otomotif membukukan surplus US$2,16 miliar.

Sebaliknya, kondisi defisit neraca dagang otomotif terakhir terjadi pada 2018. Sepanjang tahun itu, kinerja impor jauh lebih tinggi, sehingga terdapat defisit sekitar US$516 juta.

Di sisi lain, kondisi defisit neraca dagang otomotif seharusnya jadi alarm buat pemerintah yang biasanya mengandalkan sektor otomotif. Industri otomotif merupakan penopang ekspor yang rajin mencetak surplus.

Sebaliknya, dalam waktu dekat, pemerintah bakal melonggarkan keran impor seiring pembebasan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) mobil listrik impor. Memang, insentif ini akan diberikan bagi merek yang memiliki komitmen untuk investasi.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan bahwa penghapusan PPN CBU mobil listrik diberikan untuk menarik investor mobil listrik membenamkan modalnya di Indonesia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper