Bisnis.com, JAKARTA — Surplus neraca dagang otomotif tercatat mampu mencetak pertumbuhan sepanjang Januari-Februari 2024 seiring nilai impor yang mengalami penurunan. Meski begitu, catatan ekspor belum prospektif.
Neraca dagang kendaraan bermotor dan bagiannya mencapai surplus sebesar Rp4,33 triliun sepanjang Januari-Februari 2024, naik 63,37% dari Rp2,65 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan kendaraan bermotor dengan kode HS 87 tercatat surplus US$275.669.923 (kurs Februari 2024 Rp15.715) sepanjang Januari-Februari 2024, naik dari US$168.731.585.
Nilai ekspor pada Januari-Februari 2024 tercatat mencapai US$1,67 miliar atau setara Rp26,27 triliun, turun 12,43% dari US$1.909.635.397 miliar atau senilai Rp30 triliun.
Sementara itu, nilai impor US$1,39 miliar atau setara Rp21,94 triliun, turun 19,78% dari US$1.740.903.812 atau senilai Rp27,35 triliun.
Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia atau Gaikindo, Jongkie Sugiarto mengatakan kebijakan ekspor dan impor dari suatu merek sangat bergantung pada prinsipal masing-masing.
Baca Juga
Akan tetapi, para pabrikan otomotif berupaya untuk bisa mengurangi impor, dengan menggenjot ekspor secara bersamaan,
“Kami berusaha agar impor dapat dikurangi dan ekspor terus ditingkatkan. Namun, ekspor selalu dikendalikan oleh para prinsipal atau kantor pusat dan juga tergantung situasi kondisi di negara-negara tujuan,”katanya kepada Bisnis baru-baru ini.
Di satu sisi, PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) selaku eksportir mobil terbesar optimistis pemerintah dapat memberikan dukungan berupa insentif, dan stimulus untuk menggenjot kinerja ekspor mobil yang cenderung lesu pada kuartal I/2024.
Wakil Presiden Direktur TMMIN Bob Azam mengatakan uluran tangan pemerintah dapat meningkatkan daya saing pasar domestik untuk merambah global, serta memperkuat posisi Indonesia.
“[Pemerintah bisa] memperkuat posisi Indonesia dalam percaturan ekonomi global melalui perannya sebagai pencipta peluang pasar ekspor, khususnya dalam menghadapi tantangan yang disebabkan pelemahan nilai tukar rupiah,” katanya kepada Bisnis, Jumat (26/4/2024).