Bisnis.com, JAKARTA — Surplus neraca dagang otomotif terus tergerus, tak sejalan dengan pertumbuhan volume ekspor mobil yang merupakan komoditas utama.
Neraca dagang kendaraan bermotor dan bagiannya mencapai surplus sebesar Rp25,74 triliun sepanjang Januari-November 2023, turun 52,53% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan kendaraan bermotor dengan kode HS 87 masih surplus US$773,2 juta atau setara Rp12,21 triliun (kurs jisdor Rp15.803) hingga November 2023.
Besaran surplus itu mengalami koreksi 52,53% dari US$1,62 miliar atau setara Rp25,74 triliun secara year-on-year (YoY).
Nilai ekspor pada 11 bulan pertama tercatat mencapai US$10,32 miliar atau setara Rp163,14 triliun, naik 3,11% secara YoY dari US$10,01 triliun atau senilai Rp158,22 triliun.
Sementara itu, nilai impor US$9,55 miliar atau setara Rp150,92 triliun, meningkat 13,92% dari US$8,38 miliar atau senilai Rp132,47 triliun
Baca Juga
Pertumbuhan impor yang lebih tinggi daripada ekspor membuat neraca dagang sektor otomotif sepanjang 2023 menyusut bila dibandingkan 2022.
Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie D. Sugiarto mengatakan bakal mencoba meminta para agen pemegang merek untuk meningkatkan ekspor mobil dan juga komponennya.
Hanya saja pengapalan ke luar negeri selalu dikendalikan oleh para kantor pusat atau prinsipal dari merek yang bersangkutan.
“Kami akan coba meminta kepada para APM meningkatkan ekspor otomotif dan komponennya, tetapi seperti ekspor itu selalu dikendalikan oleh para prinsipal atau kantor pusat,” tuturnya kepada Bisnis, Kamis (1/2/2024).