Bisnis.com, JAKARTA — Pabrikan mobil asal Korea Selatan Hyundai Motor Co telah merampungkan pembentukan usaha patungan baterai listrik (EV) senilai US$5 miliar di Amerika Serikat pada hari ini, Selasa (25/4/2023) waktu setempat.
Hyundai juga melaporkan laba bersih triwulan pertama meningkat lebih dari dua kali lipat, melebihi ekspektasi. Saham Hyundai ikut terkerek naik 5 persen ke level tertinggi dalam tujuh bulan terakhir setelah pengumuman aksi korporasi tersebut.
Hyundai dan mitra mereka SK On, unit baterai SK Innocation Co Ltd akan mendirikan pabrik pembuatan baterai baru di negara bagian Georgia.
Langkah itu diambil mengikuti persyaratan bahan baku yang diamanatkan Pemerintah Amerika Serikat untuk komponen baterai kendaraan listrik dan mineral kritis lainnya agar pembeli mobil nantinya mendapat kredit hingga US$7.500 seperti dituangkan dalam Undang-Undang Pengurangan Inflasi atau Inflation Reduction Act (IRA).
Seperti dilansir dari Reuters, mobil setrum yang dibuat oleh Hyundai dan anak perusahaan Kia Corp saat ini tidak memenuhi syarat untuk kredit pajak.
Pengumuman finalisasi usaha patungan itu dibuat saat Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol berada di Washington untuk bertemu dengan Presiden Joe Biden. Kunjungan itu menjadi lawatan pertama pemimpin Negeri Ginseng dalam 12 tahun terakhir ke Amerika Serikat.
Baca Juga
Dalam lawatannya Presiden Yoon turut ditemani sejumlah pucuk pimpinan dari perusahaan terbesar Korea Selatan, termasuk Ketua Eksekutif Hyundai Motor Group Euisun Chung.
Sementara itu, Reuters melaporkan saingan Hyundai seperti General Motors Co dan Samsung ID juga disebutkan bakal membangun pabrik manufaktur baterai kendaraan listrik lewat usaha patungan di Amerika Serikat untuk mendapat insentif kredit pajak IRA tersebut.
Di sisi lain, pabrik baterai usaha patungan Hyundai itu diharapkan mulai memproduksi sel baterai pada paruh kedua 2025 dengan kapasitas produksi tahunan sebesar 35 GWh, cukup untuk mendukung produksi 300.000 kendaraan listrik nantinya.
Hyundai, yang membuat kendaraan sport Tucson (SUV) dan sedan Elantra, melaporkan laba bersih 3,3 triliun won ($2,47 miliar) untuk periode Januari-Maret 2023 atau lebih tinggi dari torehan periode yang sama tahun sebelumnya di posisi 1,6 triliun won.
Torehan itu dinilai ditopang oleh peningkatan produksi seiring dengan permasalahan chip global yang mereda dan permintaan untuk SUV bermargin tinggi tetap kuat awal tahun ini.
Sementara itu, Kepala Divisi Perencanaan dan Keuangan Hyundai Seo Gang Hyun mengatakan SUV bertenaga konvensional dan mobil Genesis mewah masih menyumbang sebagian besar penjualan perusahaan di Amerika Serikat.
"Jadi saya akan mengatakan bahwa dampak Undang-Undang Pengurangan Inflasi tidak akan sebesar yang anda khawatirkan," kata Seo kepada analis seperti dikutip dari Reuters, Selasa (25/4/2023).
Pada perkembangan lain, rencana investasi perusahaan Korea Selatan yang ikut memasok baterai listrik ke Hyundai, LG Energy Solution (LG) di Indonesia masih belum mendapat titik terang.
Rencana investasi LG bersama konsorsiumnya pada usaha patungan Indonesia Battery Corporation (IBC) disebut ikut terpengaruh oleh kebijakan IRA Amerika Serikat. LG belum juga menyampaikan rencana lanjutan dari komitmen investasi awal yang telah disampaikan pertengahan 2021 lalu.
Sebelumnya, Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko, mengatakan dua konsorsium mitra Indonesia Battery Corporation (IBC), Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co, Ltd. (CBL) dan LG Energy Solution (LG) masih bimbang untuk melanjutkan komitmen investasi penghiliran bijih nikel hingga baterai listrik di Indonesia.
“Yang jelas LG sudah investasi besar di Amerika Serikat, yang [investasi] ke Indonesia melalui IBC itu dua-duanya masih bimbang,” kata Moeldoko saat ditemui di Waingapu, Rabu (12/4/2023) malam.
Selain itu, menurut Moeldoko, kerja sama IBC bersama dengan dua konsorsium itu juga belakangan tidak menjamin adanya perpindahan teknologi pembuatan baterai listrik dari dua konsorsium itu ke dalam negeri.
Kendati demikian, dia mengatakan pemerintah masih berupaya untuk memastikan komitmen investasi dua rekanan IBC pada upaya penghiliran bijih nikel hingga baterai kendaraan listrik.
“IRA itu memang mengganggu, kebijakan sepihak Amerika Serikat ya, tapi itu belum dioperasionalkan. Kita mengantisipasi,” tuturnya.