Bisnis.com, JAKARTA – Hyundai Motor Co mengatakan pihaknya telah menyelesaikan usaha patungan atau joint venture baterai kendaraan listrik (EV) senilai US$5 miliar atau sekitar Rp74 triliun (kurs Rp14.931 per dolar AS) di negara bagian Georgia, Amerika Serikat.
Mengutip dari Reuters, Selasa (25/4/2023), hal tersebut sebagai upaya dalam meningkatkan elektrifikasi di salah satu pasar terbesarnya.
Hyundai dan mitranya yaitu SK On, unit baterai SK Innovation Co Ltd, akan mendirikan pabrik pembuatan baterai baru di AS dan telah meresmikan perjanjian sementara sebelumnya.
Langkah ini Hyundai tempuh untuk mengikuti aturan terbaru AS agar pembeli mobil memenuhi syarat untuk mendapatkan bantuan hingga US$7.500 di bawah Undang-Undang Pengurangan Inflasi (IRA) di masa pemerintahan Joe Biden.
Pasalnya, mobil yang dibuat oleh Hyundai dan anak perusahaan Kia Corp saat ini tidak memenuhi syarat untuk mendapat kredit pajak.
Pengumuman itu dibuat saat Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol berada di Washington untuk bertemu dengan Biden dalam kunjungan kenegaraan pertamanya ke AS.
Baca Juga
Menemani Yoon dalam perjalanan itu adalah para eksekutif dari beberapa perusahaan terbesar Korea Selatan, termasuk Kepala Eksekutif Hyundai Motor Group Euisun Chung.
Tak ingin kalah, saingan General Motors Co dan Samsung SDI Co. Ltd., dikabarkan juga akan mengumumkan rencana untuk membangun pabrik joint venture manufaktur baterai EV di AS.
Pabrik Hyundai-SK On Georgia diharapkan mulai memproduksi sel baterai pada paruh kedua 2025 dengan kapasitas produksi tahunan sebesar 35 GWh, cukup untuk mendukung produksi 300.000 EV.
Sebelumnya, Hyundai juga melaporkan laba bersih kuartal pertama meningkat lebih dari dua kali lipat, melebihi ekspektasi. Sahamnya naik sebanyak 5 persen ke level tertinggi dalam tujuh bulan setelah pengumuman tersebut, dan karena produsen mobil tersebut juga memulai langkah-langkah untuk meningkatkan pengembalian pemegang saham.
Hyundai, yang membuat kendaraan sport Tuscon (SUV) dan sedan Elantra, melaporkan laba bersih KR₩3,3 triliun (US$2,47 miliar) untuk periode Januari-Maret 2023 versus laba KR₩1,6 triliun pada tahun lalu. Hal tersebut karena peningkatan output kendaraan karena kekurangan chip global mereda dan permintaan untuk SUV bermargin tinggi tetap kuat.
Kepala Divisi Perencanaan dan Keuangan Hyundai Seo Gang Hyun, mengatakan SUV bertenaga konvensional dan mobil Genesis mewah masih menyumbang sebagian besar penjualan perusahaan di AS.
"Jadi saya akan mengatakan bahwa dampak Undang-Undang Pengurangan Inflasi tidak akan sebesar yang Anda khawatirkan," katanya.
Hyundai dan Kia juga mengatakan pada hari Selasa mereka berencana membuat usaha patungan untuk menginvestasikan KR₩1,05 triliun untuk mengakuisisi lebih banyak saham di perusahaan mobilitas otonom 42dot Inc untuk mempertahankan kendali dan meningkatkan daya saing operasionalnya.