Bisnis.com, JAKARTA – PT Hyundai Motor Indonesia (HMID) sudah menyiapkan tim khusus dari Hyundai Global untuk mengolah limbah baterai kendaraan listrik.
Head of Public Relation PT HMID Uria Simanjuntak mengungkapkan, saat ini pihaknya sudah menyiapkan tim khusus dari Hyundai global untuk menangani limbah baterai. Nantinya, setiap perwakilan Hyundai di setiap negara akan berkoordinasi dengan pihak Hyundai global
“Untuk ini [masalah limbah baterai] sudah disiapkan tim dan divisi khusus dari Hyundai global. Jadi nanti dari setiap negara termasuk di Indonesia akan berkoordinasi dengan tim dari pihak prinsipal global,” ujar Uria saat dihubungi Bisnis, Senin (14/11/2022).
Terkait hal itu, dikutip koreatimes.co.kr, Selasa (15/11/2022), Hyundai Motor Group sudah menyiapkan cetak biru untuk mengolah limbah baterai dengan membentuk gugus tugas di Korea.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan baterai limbah dari tempat barang rongsokan dan dealer melalui Hyundai Glovis, yang bertanggung jawab atas logistik, dan menggunakan baterai yang diproduksi ulang melalui Hyundai Mobil.
Hasil daur ulang limbah baterai akan digunakan untuk keperluan yang berbeda. Jika baterai daur ulang didiagnosis dan kinerjanya tetap pada 80 persen hingga 90 persen, baterai tersebut digunakan kembali untuk EV setelah menjalani kembali proses manufaktur.
Baca Juga
Namun, jika kinerja residual berada pada level 60 persen hingga 70 persen, limbah baterai digunakan kembali di fasilitas pengisian daya seperti sistem penyimpanan energi atau ESS.
Hyundai Motor sedang meneliti daur ulang limbah baterai untuk menggunakannya sebagai sarana tambahan seperti pembangkit listrik tenaga surya. Limbah baterai yang kinerja residunya turun di bawah 60 persen melalui proses daur ulang dengan memulihkan bahan baku seperti nikel dan kobalt untuk digunakan kembali dalam baterai baru.
"Perusahaan besar memasuki pasar daur ulang baterai limbah akan menciptakan siklus sumber daya berkelanjutan yang baik, dan hal ini bisa mengamankan bahan dan sumber daya baterai yang diperlukan," ujar pejabat industri Korea.