Bisnis.com, JAKARTA – Percepatan menuju kendaraan ramah lingkungan dan menekan lebih banyak emisi karbon, banyak negara khususnya ASEAN saat ini tengah mendorong percepatan produksian Electric Vehicle (EV) di masing-masing wilayahnya.
Indonesia yang saat ini gencar melakukan percepatan tersebut, sudah mengeluarkan beberapa kebijakan seperti Instruksi Presiden (Inpres) No.7/2022 tentang pengadaan listrik untuk mobil dinas, serta wacana dari pemerintah yang menginginkan bahwa pada 2035 produsen kendaraan melakukan penghentian produksi mobil berbasis BBM.
Dikutip krasia.com pada Senin (3/10/2022), Thailand saat ini sedang didapuk menjadi pusat produksi EV pertama di Asia Tenggara oleh raksasa perusahaan otomotif asal China, yakni BYD Automobile Co Ltd.
Manajer divisi Asia-Pasifik BYD Liu Xueliang mengatakan bahwa perusahaanya akan membangun pabrik mobil listrik dengan produksi EV sebanyak 150 ribu unit per tahun dan akan diekspor ke negara Asean dan Eropa.
Sementara itu, WHA Group selaku pengembang kawasan industri di Thailand sudah menyiapkan ratusan hektar untuk pembangunan pabrik EV beserta suku cadang dari perusahaan otomotif asal China tersebut.
Ketua WHA Group, Jareeporn Jarukornsckul menjelaskan bahwa hal ini dapat terjadi karena pemerintah Thailand sendiri memiliki permintaan sekaligus kebijakan yang mendukung negaranya untuk menjadi pusat produksi EV pertama di ASEAN.
Baca Juga
“Karena Thailand sekarang dilengkapi dengan infrastruktur EV, rantai pasokan, kebijakan pendukung pemerintah dan permintaan yang kuat, kami sekarang siap menjadi pusat produksi EV di ASEAN dan dunia,” kata Jareporn.
Di samping itu, perkembangan EV Malaysia saat ini sedang berfokus untuk meningkatkan pangsa pasar kendaraan listrik menjadi 38 persen pada 2040 melalui program Aspirasi Rendah Karbon dengan Kebijakan Energi Nasional 2022-2040.
Sehubungan dengan itu, Asosiasi Otomotif Malaysia (MAA), yang mewakili produsen EV di Malaysia telah melayangkan permintaan kepada pemerintah bahwa pihaknya menginginkan keringanan pajak kendaraan listrik diperpanjang hingga 10 tahun dalam anggaran 2023 mendatang.
Artinya, keinginan dari MAA ini akan mendorong lebih banyak produsen EV yang bekerja sama dengan pemerintah Malaysia untuk menekan lebih banyak emisi karbon pada 2040 mendatang.