Bisnis.com, JAKARTA – Kelangkaan mikrocip atau semikonduktor masih menjadi tantangan pelaku industri otomotif pada semester I/2022. Meski begitu, target penjualan tahun ini diharapkan bisa tercapai.
Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie Sugiharto mengatakan bahwa pasokan mikrocip yang terbatas berdampak pasokan kendaraan untuk kelas menengah ke atas.
“Memang masih ada kendala untuk mobil-mobil yang menengah ke atas. Akan tetapi tidak terlalu mengganggu mobil-mobil yang di produksi dalam negeri,” katanya akhir pekan lalu.
Jongki menjelaskan bahwa besar atau kecilnya efek semikonduktor bisa dikonfirmasi ke produsen otomotif.
Di saat yang sama, Gaikindo berharap target penjualan wholesales tahun ini bisa tercapai dan lebih tinggi dari tahun lalu sebanyak 887.202 unit.
“Kita harapkan agar proyeksi penjualan 900.000 unit untuk tahun 2022 dapat tercapai,” jelasnya.
Baca Juga
Masalah ketersediaan mobil kelas menengah ke atas diakui beberapa agen pemegang merek mobil. Corporate Communications BMW Group Indonesia Jodie O’tania mengatakan bahwa kelangkaan semikonduktor atau mikrocip dia yakini bakal masih lama.
Khusus BMW, produk yang paling berpengaruh akibat kelangkaan mikrocip adalah mobil diimpor langsung dalam keadaan lengkap atau completely built up/CBU. Sebaliknya, komponen impor tapi dirakit sendiri (completely knock down/CKD) tidak terlalu signifikan.
Akibatnya, perusahaan harus membuat skema inden. Waktu tunggunya pun bisa mencapai satu tahun. “Ada beberapa model seperti itu,” terangnya.
Marketing Director PT Toyota Astra Motor (TAM) Anton Jimmi Suwandy mengatakan bahwa sebenarnya kondisi di Tanah Air lebih beruntung karena pelaku industri masih bisa beroperasi.
Dia membandingkan negara lain seperti Amerika Serikat dan Jepang yang produksinya sering terhenti. Kadang dalam sebulan bisa lima hari sampai tujuh hari.
Sama seperti BMW, masih langkanya semikonduktor membuat Toyota kesulitan menyediakan kendaraan CBU. Diakuinya tidak besar jumlah permintaan, tetapi tetap membuat perusahaan harus mengeluarkan kebijakan inden.
Kedua yang membuat Toyota harus menunggu adalah berhubungan dengan mesin diesel karena produk tersebut masih impor. Sisanya, tambah Anton, masih aman.
Kelangkaan semikonduktor membuat perusahaan terhambat dalam berproduksi. Ini ditambah dengan China yang memberlakukan lockdown akibat melonjaknya penyebaran Covid-19.
“Jadi beberapa bulan belakangan banyak juga planning produksi yang dikurangi. Bahkan, kita juga harus menunggu kira-kira bulan ke depan seperti apa. Tetapi mudah-mudahan ke depan tidak diperburuk dengan hal lain,” terangnya.