Bisnis.com, JAKARTA — Hyundai Motor Co. berencana mengalihkan pengiriman mobilnya dari China ke Asia Tenggara, seiring dengan turunnya penjualan di Negeri Panda yang membuat kapasitas pabrik mandeg.
Juru Bicara Beijing Automotive Industry Holding Co. Zhao Jun mengonfirmasi rencana tersebut. Perusahaan itu adalah joint-venture antara milik Hyundai dan Beijing Automotive Group Co. Ltd.
“Ya, kami berencana untuk mengekspor mobil ke Asia Tenggara secepatnya pada akhir tahun ini,” katanya seperti dilansir Reuters, Kamis (30/8/2018).
Zhao menuturkan model yang akan dikirimkan dari pabrikan Hyundai di China tersebut akan disesuaikan dengan permintaan lokal dari negara-negara yang dituju.
Dalam pernyataan terpisah, Hyundai Motor mengaku mulai mempertimbangkan opsi lain seperti ekspor produk yang dirakit di China. Namun, saat ini perusahaan masih fokus pada pengembangan bisnis di Tiongkok.
Rencana tersebut juga masih dalam tahap awal dan belum difinalisasi.
Baca Juga
Adapun dampak dari rencana strategi peralihan tersebut masih belum jelas. Apalagi, Hyundai juga tengah mempertimbangkan untuk membangun pabrik di Vietnam atau Indonesia.
Kementerian Perdagangan (Kemendag) Korea Selatan (Korsel) pun menyampaikan bakal membantu perusahaan menghilangkan ketergantungannya terhadap pasar China dan AS.
Untuk itu, Pemerintah Korsel akan memberikan dukungan kepada Hyundai untuk berekspansi di Indonesia, di mana pangsa pasar produsen otomotif Korsel hanya sebesar 0,1% dibandingkan produsen Jepang yang mencapai 98,6%.
Namun, penjualan mobil asal Korsel masih bertumbuh di negara-negara Asean. Berdasarkan data dari LMC Automotive, tingkat penjualan Hyundai-Kia naik 26% menjadi 71.874 unit pada semester I/2018, di Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam.
LMC Automotive juga memperkirakan penjualan di lima negara tersebut akan tumbuh 5% menjadi 3,29 juta unit pada 2018 dibandingkan tahun lalu dan mencapai 3,41 juta unit pada 2019.
Sebelumnya, Hyundai sempat menempati posisi ketiga untuk penjualan mobil di China, bersama dengan afiliasinya Kia Motors Corp. Produksi lokal Hyundai-Kia saat itu hanya dapat disaingi oleh Volkswagen dan General Motors.
Namun, penjualan mulai berkurang sejak terjadi perselisihan diplomatik antara Korsel dan China yang membuat masyarakat China menghindari produk asal Negeri Ginseng. Meskipun perselisihan tersebut berhasil dinormalisasi, Hyundai tetap kesulitan untuk kembali ke posisi semula.
“Pemulihan di China membutuhkan waktu. Hyundai memerlukan rencana penyelamatan,” kata salah seorang sumber yang mengerti tentang operasional Hyundai di China.
Saat ini, pangsa pasar Hyundai di China telah turun 4,4% dibandingkan 8,1% sebelum terjadi perselisihan diplomatik. Bahkan, pada 2012, pangsa pasar Hyundai sempat mencapai 10,5%.
Selain itu, Hyundai juga hanya mencatatkan penjualan sebesar 30.018 unit pada Juli 2018 atau menyusut 40% secara year-on-year (yoy). Padahal, perusahaan menyasar penjualan sebanyak 900.000 unit sepanjang tahun ini, lebih tinggi dibandingkan realisasi 2017 yang sebesar 785.000 unit.
Target penjualan tersebut juga hanya separuh dari kapasitas mobil yang masih tersedia di pabrikan Hyundai di China, yang sebesar 1,65 juta unit.