Bisnis.com, JAKARTA – Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat capaian positif kuartal I/2018 yang naik 2,9%. Namun tiga bulan pertama tahun ini menjadi catatan buruk bagi penguasa pasar, PT Toyota Astra Motor (TAM).
Berdasarkan data Gaikindo, pasokan ke diler Toyota anjlok 21% menjadi 84.494 unit. Juara bertahan dunia otomotif Tanah Air ini pun harus melepas titel nomor satu di segmen andalannya, mobil kecil serbagua (LMPV) dan sport utility vehicle (SUV).
Cengkraman tulang punggung sektor otomotif grup Astra ini terhadap pasar mobil Indonesia pun ikut mengendur. Pangsa pasar Toyota merosot dari 37,8% pada triwulan pertama 2017, menjadi 28,9% pada periode yang sama tahun ini. Kendati demikian, Toyota masih mempertahankan status sebagai merek mobil terlaris di Indonesia.
Sejauh ini kondisinya, pasar semakin sesak dan konsumen domestik tidak akan bertambah signifikan dalam waktu dekat. Executive General Manager TAM Fransiscus Soerjopranoto mengatakan bertambahnya pilihan mobil tidak bisa dipungkiri menjadi alasan kinerja perusahaan tertekan. “Itu artinya kompetisi semakin kuat bagi Toyota. Memang Toyota yang harus survive,” katanya seperti dikutip Bisnis Indonesia, edisi Senin (7/5/2018).
Hantaman nyata bagi Toyota dimulai oleh ikutnya Mitsubishi meramaikan kategori LMPV medio 2017. Bermodal desain anyar Xpander pun berhasil membuat Avanza terkesan kuno. Hal ini berbanding lurus dengan performa penjualan.
Kemudian pemain baru asal Negeri Tirai Bambu ikut mengganggu dari segmen entry level. Berbekal harga kompetitif, Wuling Motors menjadi pilihan baru bagi first time buyer atau pembeli mobil pertama yang juga menjadi target konsumen Toyota.
Baca Juga
Selain itu, belum lagi DFSK yang memulai debut tahun ini. Merek asal China ini akan fokus bermain di segmen SUV dengan strategi serupa Wuling, yaitu memasang harga di bawah pasar.
Adapun tren negatif Toyota pada triwulan pertama 2018 tidak lain disebabkan oleh merosotnya permintaan tulang punggung perusahaan. Penjualan pabrik ke diler Avanza turun hingga 40% menjadi 21.413 unit.
Selain itu capaian Kendaraan Bermotor Hemat Energi dan Harga Terjangkau (KBH2) Calya juga ikut tertekan. Model ini mencatat penurunan sebanyak 43,4%.
Sejumlah model mencoba jadi pahlawan. Sayangnya, tidak cukup kuat menjaga kinerja perusahaan. Seperti di antaranya Rush yang pasokan ke dilernya meroket hingga dua kali lipat. Pun Innova dan Agya yang masing-masing naik 10,7% dan 9,8% tidak bisa berbuat banyak.
Dengan kondisi tersebut, menurut Soerjo, strategi terbaik untuk TAM adalah bertahan agar tidak jatuh semakin dalam. Toyota tidak bermain agresif tahun ini. Menjaga keseimbangan pasokan ke diler dengan permintaan pasar menjadi yang utama harus dilakukan.
Dia melanjutkan, target TAM adalah menutup tahun ini dengan pangsa pasar setidaknya 30%. Tersisa 8 bulan bagi perusahaan untuk mengejar ketertinggalan. “Kami mau melakukan sesuatu untuk mengamankan 2018 ini, iya tentu saja. Tapi kami juga harus hati-hati untuk menjaga kepercayaan diri diler,” ujarnya.
Performa Penjualan Toyota 10 Tahun Terakhir
Tahun | Toyota (Unit) | Pasar Domestik (Unit) | Pangsa Pasar |
2008 | 211.909 | 607.805 | 34,9% |
2009 | 186.687 | 486.061 | 38,4% |
2010 | 280.680 | 764.709 | 36,7% |
2011 | 310.674 | 894.164 | 34,7% |
2012 | 405.414 | 1.116.224 | 36,3% |
2013 | 434.232 | 1.229.902 | 35,3% |
2014 | 399.119 | 1.208.019 | 33,0% |
2015 | 321.818 | 1.013.291 | 31,8% |
2016 | 381.570 | 1.062.716 | 35,9% |
2017 | 371.332 | 1.079.308 | 34,4% |
2018* | 84.494 | 291.920 | 28,9% |
*Jan-Mar
Sumber: Gaikindo