Bisnis.com, YOGYAKARTA - Jarum jam belum menunjukkan pukul 10.00 WIB ketika Herry Susanto, salah satu wiraswasta di Yogyakarta, melihat-lihat kondisi mobil yang telah dipesannya di diler kendaraan roda empat merek Wuling.
Herry mendatangi di diler di Jalan Ring Road Utara, Yogyakarta, Selasa (13/2/2018), sehari setelah model kendaraan serbaguna tersebut diluncurkan di kota ini.
Dia sebetulnya telah jauh-jauh hari memesan kendaraan itu sebelum diluncurkan ke pasar. Wuling Motor memang telah membuka pesanan Cortez sejak Senin (8/1/2018).
Herry adalah salah satu dari 600-an pembeli yang melakukan pemesanan hingga saat itu. Dia mengaku tidak melakukan test drive Wuling Cortez sebelum membelinya. Dia mengaku tetap yakin mengisi surat pemesanan kendaraan (SPK).
Hitung-hitungan untung dan rugi menjadi pertimbangannya ketika mengambil keputusan membeli Wuling Cortez. Harganya jauh lebih murah dibandingkan kendaraan serbaguna medium lain tetapi fitur lebih lengkap.
Herry membayar Cortez dengan harga on the road Yogyakarta Rp273 juta, dengan fitur yang terlengkap lengkap. Sementara model yang sama dari merek lain, dengan fitur yang lebih minim, harganya mencapai Rp350 juta.
Baca Juga
Alasan lain yang membuatnya yakin adalah investasi yang dilakukan produsen asal China. Wuling diyakini akan terus melakukan pengembangan produk-produknya karena telah membangun pabrik di Indonesia.
"Iya karena saya lihat fiturnya dan Wuling ini pabriknya sudah di Indonesia, saya sudah mengikuti dari awal," katanya.
Perusahaan yang telah berinvestasi membangun pabrik, diyakininya pasti akan berusaha sekuat tenaga untuk mengembalikan modal yang telah ditanamnya, dan tidak akan rela begitu saja kalah dari para pesaingnya.
Kondisi tersebut akan berbeda jika Wuling tidak menanamkan modalnya di Indonesia, dan hanya mengimpor kendaraan-kendaraan yang akan dijualnya. "Kalau ada pabrik di sini pasti inovasi terus dan tak mau kalah, dari harga dan teknologi tidak tertinggal, karena mempertaruhkan investasi besar, jadi jangka panjang," kata Herry.
Ruslan, seorang wiraswasta, juga menjadi pembeli Cortez. Senada dengan Hary, Ruslan menjadikan keberadaan pabrik Wuling di Indonesia sebagai alasan baginya untuk membeli kendaraan roda empat yang dibanderol murah itu.
Berbeda dengan Hary, Ruslan mengaku telah melakukan uji berkendara Cortez sebelum memutuskan untuk membelinya. "Rasanya nyaman ketika berada di dalam [kabin], dan mengendarainya."
Selain Cortez, mobil sebelumnya yang diproduksi dan dipasarkan Wuling Motor di Indonesia tipe kendaraan kecil serbaguna yang dibanderol dengan harga mulai Rp128,8 juta hingga Rp165,9 juta.
Harga yang lebih murah dengan fitur yang lebih lengkap merupakan strategi perusahaan dalam menggarap pasar kendaraan roda empat di dalam negeri.
"Perusahaan dapat menerapkan harga yang lebih rendah dengan fitur yang jauh lebih lengkap dibandingkan kendaraan merek lain di segmen yang sama karena banyak faktor," kata Brand Manager PT SGMW Motor Indonesia (Wuling Motors) Dian Asmahani.
Meski harganya terbilang miring, Wuling mengklaim masih mendapatkan margin keuntungan. "Tak mungkin berusaha tanpa margin keuntungan," kata Dian. Namun, seberapa lama strategi harga murah bisa diterapkan untuk menggaet pembeli, Dian enggan mengungkapkan. “Kita lihat nanti,” katanya.
Hanya saja, banyak faktor yang akan memengaruhi kenaikan suatu harga produk, seperti material, tenaga kerja, dan pajak. Dalam industri manufaktur, katanya, beban biaya operasional merupakan komponen terbesar dalam pembentukan harga kendaraan.
Sepanjang tahun ini, perusahaan menargetkan penjualan Wuling sebanyak 30.000 unit atau naik enam kali lipat dari penjualan sepanjang tahun lalu, yakni sekitar 5.050 unit sepanjang tahun lalu.
Tidak hanya itu, perusahaan juga menargetkan dapat memiliki 80 diler tahun ini. Saat ini Wuling memiliki 54 diler. “Intinya, kalau kami sih, inginnya seperti saat ini, seperti sekarang karena dengan kondisi sekarang kami menawarkan produk dan harga terbaik buat konsumen, secara continue akan seperti itu,” katanya.