Bisnis.com, CIKARANG – General Manager Strategic Planning Departemen PT Suzuki Indomobil Motor (SIM) Ryohei Uchiki meramalkan sekitar 5—10 tahun lagi pabrik otomotif akan semakin agresif mengadaptasi teknologi otomasi. Dia memperkirakan penggunaan robot akan semakin banyak seiring dengan naiknya upah tenaga kerja manusia.
Uchiki mengatakan saat ini dari segi biaya, beban biaya robot mahal dibandingkan memperkerjakan manusia. Namun, pabrikan mendapat keuntungan dari segi akurasi produk.
“Ekspor produk ke negara lain, kualitas harus tinggi, karena kalau ada masalah kualitas kita harus membayar lebih untuk perbaiki, Itu perlu robot,” kata Uchiki di pabrik Suzuki Cikarang, Jawa Barat, Selasa (19/2/2018).
Perusahaan mengklaim sebanyak 90% lebih proses pengelasan bodi kendaraan di Cikarang sudah dilakukan oleh robot. Pabrik perakitan Suzuki sebelumnya, Tambun, Bekasi, Jawa Barat, tingkat otomasi masih sekitar 30%. Kenaikan penggunaan robot hingga lebih dari tiga kali lipat menyerap lebih sedikit tenaga kerja manusia.
Lebih lanjut, dia menjelaskan jangan melihat otomasi sebagai hal yang mengurangi penyerapan pekerjaan di sektor manufatkur. Namun, teknologi ini justru mendorong kualitas sumber daya manusia di Indonesia.
Saat ini seluruh operator yang mengawasi robot di pabrik perakitan Suzuki Cikarang adalah orang Indonesia. Apabila terjadi kerusakan, barulah perusahaan meminta teknisi dari Jepang. Sementara itu masih banyak juga proses yang belum bisa digantikan oleh robot, seperti pengecekan kualitas kendaraan.
Baca Juga
Adapun pabrik Cikarang diklaim sebagai fasilitas perakitan paling canggih yang dimiliki Suzuki global. "Pabrik ini adalah yang paling baru dibandingkan negara lain. Tentu saja menggunakan teknologi yang terbaru," kata Uchiki.
Pabrik perakitan Cikarang saat ini memiliki kapasitas produksi 120.000 unit terpasang per tahun. Investadi yang digelontorkan perusahaan sebanyak US$1 miliar untuk pembebasan lahan dan pembangunan seluruh fasilitas.