Bisnis.com, JAKARTA - Tingginya tawaran diskon di pasar otomotif AS memangkas laba, khususnya bagi para produsen otomotif asal Asia yang harus menghabiskan biaya yang besar untuk melakukan pengiriman unit ke AS.
Dua perusahaan otomotif asal Jepang dan Korea Selatan, Nissan Motor Co dan Hyundai Motor Co., mengakui bahwa pihaknya mengalami penurunan nilai laba kuartalan sebagai akibat dari semakin tingginya insentif yang harus diberikan kepada konsumen.
Sementara itu, Toyota Motor Corp. dan Honda Motor Co dijadwalkan akan melaporkan perolehan laba perusahaan pada periode kuartal pertama pekan depan. Analis memperkirakan Toyota kemungkinan mencatat penurunan laba hingga 16%, sementara Honda diproyeksikan mengalami penurunan laba sebesar 13%.
“Persaingan terus meningkat di AS,” jelas Joji Tagawa, Corporate Vice President Nissan Motor Co, dalam pengumuman pendapatan ke publik di Yokohama, Jepang. Dirinya juga mengungkapkan bahwa jumlah pengeluaran untuk divisi marketing dan sales menjadi kontributor terbesar terhadap penurunan laba operasional hingga 13%.
Data Autodata Corp memperlihatkan bahwa Nissan telah menggelontorkan dana insentif hingga US$4.086 per unit bulan lalu, yang merupakan nilai insentif paling tinggi dibandingkan nilai insentif yang ditawarkan para merek otomotif Asia lainnya.
Saat ini, Nissan tengah mempromosikan unit SUV miliknya untuk menutupi kerugian di segmen sedan dan mengambil kesempatan di tengah pertumbuhan yang lebih cepat di segmen crossover dan truk.
Jose Munoz, Chief of Nissan Motor Co untuk Amerika Utara, memproyeksi bahwa Nissan akan mencatat penjualan hingga 60% dari penjualan unit SUV yang akan mendongkrak perolehan laba.
Tatsuo Yoshida, seorang analis Sawakami Asset Management Inc., menilai,”Mereka (Nissan) sangat agresif dalam meningkatkan penjualan dan telah memanfaatkan semua sarana pemasaran termasuk insentif, leasing, dan berbagai promo penjualan. Itu adalah pendekatan yang berisiko.”
Hal serupa turut diungkapkan pihak Hyundai melalui Chief Financial Officer Hyundai, Choi Byung-chul, bahwa kondisi ini dikarenakan semakin ketatnya persaingan di pasar AS karena merosotnya permintaan terhadap mobil sedan dan melambatnya pertumbuhan penjualan model SUV. Choi menjelaskan bahwa Hyundai akan fokus untuk menstabilkan tingkat insentif dan persediaan unit.