Bisnis.com, JAKARTA - Seumpama kisah rakyat, kasus tutupnya Ford Motor Indonesia sama halnya dengan cerita Bandung Bondowoso yang ingin menaklukan Rara Jonggrang. Mustahil memenuhi syarat tanpa bekal yang masuk akal.
Dengan berkaca pada kisah Rara Jonggrang yang mensyaratkan kemustahilan berupa tantangan membangun seribu candi dalam sekejap malam, kisah tutupnya operasi bisnis PT Ford Motor Indonesia (FMI) tak jauh berbeda.
Kilas balik keberadaan Ford di Indonesia mencerminkan manajemen ala Rara Jonggrang tersebut. Mengharapkan kejayaan dengan sedikit upaya. Ford Motor seketika menghentikan operasi bisnis anak usahanya di Indonesia, PT FMI.
Hingga kini, manajemen beralasan tutup operasi dikarenakan keputusan Ford Motor yang berpusat di Amerika Serikat menyimpulkan Indonesia bukan pasar menguntungkan. Belum ada jawaban mantap mengapa manajemen melepaskan begitu saja pasar otomotif potensial seperti Indonesia.
Cukup bandingkan dengan negara di mana Ford Motor membangun pabrik seperti di Thailand dan Filipina, Indonesia masih mempunyai rasio kepemilikan mobil yang memicu penjualan domestik lebih besar.
Berdasarkan data Asosiasi Pembuat Mobil di Dunia (Organisation Internationale des Constructeurs d'Automobiles/ OICA), Thailand mempunyai perbandingan 208 unit mobil per 1.000 orang, Filipina dengan jumlah penduduk lebih sedikit dibanding Indonesia mempunyai rasio 35 unit mobil per 1.000 orang. Sedangkan Indonesia, masih sekitar 77 unit tiap 1.000 orang. Peluang kepemilikan mobil orang Indonesia masih besar.
Di Indonesia, FMI masuk sejak 2002 dengan memiliki 44 dealer waralaba. Seluruh produk Ford tersebut didatangkan dari dua negara Asia Tenggara, Thailand dan Filipina. Sejak awal kehadirannya 27 tahu lalu, Ford Motor tak pernah merealisasi janji pembangunan pabrik di Indonesia.
Malah ketika memasuki milenium baru, Ford Motor lebih memilih Filipina sebagai basis produksi selain Thailand di kawasan Asia Tenggara.
Tidak sekadar problem manufakturisasi yang jadi kelemahan Ford. Dalam menjalankan bisnis otomotif, pelayanan purnajual pun dipersoalkan para konsumen.
Pendiri Komunitas Pemilik Ford Escape (Escaperz) Mahmur Marganti menuangkan uneg-uneg terkait sepak terjang FMI terhadap pelanggan. Menurutnya, selama ini FMI tak bisa menyajikan layanan purnajual prima kepada pemilik kendaraan Ford. “Karena memang mereka hanya menjual, lepas tanggungjawab,” katanya kepada Bisnis.com.
Oleh karena itu, ketika FMI memutuskan penghentian operasi, Mahmur selaku pemilik Escape keluaran 2004 itu sontak khawatir. Apalagi selang sebulan sebelumnya, FMI malah mengumpulkan komunitas untuk sebuah kegiatan bakti sosial. Ketika itu tidak ada sedikitpun pembicaraan tentang kelangsungan nasib FMI.
Mahmur pun bergegas mengumpulkan rekan komunitas. Mereka coba mencari informasi seputar nasib kendaraan yang dimiliki. Hasilnya, belum ada kejelasan terkait layanan purnajual maupun ketersediaan sukucadang bagi pemilik Ford.
Walau demikian, dia menilai keberadaan komunitas merupakan penyelamat. Dengan adanya komunitas, para konsumen Ford saling berbagi informasi terkait servis, hingga problem teknis yang bakal dihadapi saat FMI benar-benar menutup operasi pada paruh kedua tahun ini.
“Bisa jadi kami kanibal untuk komponen dengan produk lain, dan menggunakan jasa bengkel yang mampu menangani,” katanya.
Sebenarnya, di penghujung 2015, Ford mempunyai modal lumayan guna bertahan di pasar Indonesia. Tahun lalu, FMI mencatatkan penjualan 6.103 unit sehingga mencatatkan market share 0,6%. Memang, capaian pada tahun lalu itu terendah sejak empat tahun terakhir. Namun, banyak merek lain yang nasibnya lebih nahas.
Di sisi lain, seperti dikutip dari Reuters, laba kuartalan Ford Motor melampaui ekspektasi. Ford memperoleh 58 sen per saham pada kuartal keempat, jauh dari ekspektasi Wall Street yakni 51 sen. Keuntungan Ford di Asia dan Eropa meningkat, di mana untuk pertama kalinya Ford berbalik laba sejak 2011.
Di Indonesia sendiri produk Ford cukup unggul di segmen 4x4 dan pick up. Pangsa pasar yang ditinggalkan Ford sebesar 0,6% menjadi daya tarik tersendiri bagi para APM.
“Itu peluang bagi kami untuk menggarap customer Ford,” kata Group Head MMC Sales Group PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB) Imam Choeru Cahya.
Tak pelak apa yang diperlihatkan korporasi asal negeri Paman Sam itu serupa dongeng Roro Jonggrang, ingin kejayaan instan.