Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Badai PHK Mengintai Industri Karoseri Lokal Buntut Banjir Truk Impor

Industri karoseri lokal terancam PHK akibat banjir truk impor China. Tanpa proteksi pemerintah, persaingan tidak adil ini bisa memicu krisis industri.
Rizqi Rajendra,Kahfi
Rizqi Rajendra & Kahfi - Bisnis.com
Jumat, 8 Agustus 2025 | 10:00
Truk membawa batu bara di tambang milik PT Bukit Asam Tbk (PTBA)  di Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim , Sumatra Selatan, Rabu (18/10/2023). Bisnis/Abdurachman
Truk membawa batu bara di tambang milik PT Bukit Asam Tbk (PTBA) di Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim , Sumatra Selatan, Rabu (18/10/2023). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA - Serbuan truk impor dari China di tengah lesunya pasar domestik menjadi ancaman serius bagi industri karoseri Tanah Air. Bila tak ada proteksi dari pemerintah, bukan tidak mungkin industri karoseri lokal berguguran dan berujung melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).

Data General Administration of Customs of The People’s Republic of China (GACC) mencatat volume pengapalan truk utuh dari China ke Indonesia mencapai 13.669 unit dengan nilai US$647 juta pada 2024. Jumlah ini melesat 76% dibandingkan 2023 yang mencapai 7.729 unit dengan nilai US$346 juta.

Sementara itu, pada 2024, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat penjualan truk semua segmen mencapai 66.570 unit, turun 14,1% dibandingkan 77.581 unit pada 2023.

Aliran truk impor dari China kian deras memasuki periode 2025. Sepanjang Januari-Juni 2025, China telah mengekspor 7.794 unit truk utuh ke Indonesia dengan nilai US$350 juta.

Pada saat bersamaan, pasar domestik hanya mencatatkan penjualan sekitar 27.980 unit. Artinya, volume truk impor menyentuh sepertiga penjualan truk di dalam negeri.

Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara membenarkan produk truk China yang merangsek pasar dalam negeri.

“Pasar truk domestik semakin digerogoti, terlebih dengan pasar yang stagnan saat ini,” ungkapnya kepada Bisnis, Rabu (6/8/2025).

Kukuh mengatakan, penetrasi pasar truk impor asal China banyak tersebar di wilayah pertambangan. Sebabnya, di wilayah-wilayah terpencil itu hanya tersedia bahan bakar minyak alias BBM berkualitas rendah, bahkan di bawah EURO 2.

“Truk produk Indonesia, telah setara dengan EURO 4, tidak sedikit buatan di sini yang dikembalikan oleh perusahaan tambang, karena memang tidak ada persediaan BBM. Itu alasannya,” kata Kukuh.

Dengan demikian, seolah arus impor truk itupun tidak melalui prosedur dan persyaratan sebagaimana yang berlaku bagi truk produksi lokal. “Mereka tidak ikuti uji tipe yang dilihatnya juga standar emisinya,” kata Kukuh.

Melihat kondisi demikian, Kukuh mengungkapkan, praktik importasi truk asal China dengan dalih operasional pertambangan, membuat persaingan pasar yang tidak adil. Sewaktu berbagai persyaratan dikenakan bagi truk lokal, melalui uji tipe ataupun registrasi Kepolisian, truk impor China bisa langsung beroperasi di berbagai daerah.

“Kalaupun itu dimasukkan dalam kategori barang modal, Gaikindo telah bertanya kepada BKPM, mereka menjawab bahwa seluruh barang modal yang akan dimasukkan telah berkoordinasi dengan Kemenperin,” katanya.

Ambruknya pasar akibat terjangan impor ini telah berlangsung selama tiga tahun belakangan. “Hampir semua produsen truk di sini mengeluhkan hal tersebut, terlebih di tengah situasi permintaan yang minim, hal ini mengancam industri,” tegas Kukuh.

Ancaman Badai PHK

Asosiasi Karoseri Indonesia (Askarindo) menilai maraknya truk impor asal China berisiko mengancam kelangsungan usaha dari para pelaku industri karoseri lokal di Indonesia.

Ketua Dewan Pengawas Askarindo Sommy Lumadjeng mengatakan, pelaku industri karoseri lokal sangat sulit bersaing dengan adanya truk impor murah dari China.

“Ya, kami kalau diadu sama mereka ya mungkin kalah, karena kami sudah tahu sendiri kan, barang dari negara sana [China]. Itu kan memang jauh lebih murah daripada kita. Nah, ini kan memang butuh pemerintah untuk andil dalam hal ini,” ujar Sommy kepada Bisnis, dikutip Kamis (7/8/2025).

Bahkan, tak menutup kemungkinan jika industri karoseri lokal semakin kesulitan untuk bersaing dengan truk impor China, maka berisiko adanya pengurangan karyawan alias PHK massal.

“Karoseri ini kan padat karya, dan perusahaannya bukan yang masif semua. Tapi tahu-tahu terdampak saja, tidak bisa jualan, lama-lama mati. Satu karoseri kecil saja, kalau mati mungkin 50 orang sampai 100 orang bisa di-PHK,” jelasnya.

Lebih lanjut, dia mengatakan truk asal China sejauh ini diimpor melalui masterlist impor atau kategori barang modal, bahan baku, atau peralatan yang dapat diimpor tanpa dikenakan bea masuk dan/atau pajak tertentu, sebagai fasilitas bagi kegiatan investasi di Indonesia.

Adapun, masterlist impor biasanya diajukan melalui Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)/Kementerian Investasi. Menurutnya, meskipun truk impor China ini masuk secara legal, namun ada celah regulasi yang dimanfaatkan, sehingga merugikan industri lokal.

“Jadi sekali lagi, mungkin itu cara masuknya legal, betul. Hanya saja menggunakan celah regulasi,” jelas Sommy.

Alhasil, dia berharap pemerintah dapat menyesuaikan regulasi untuk membatasi impor truk atau bus tertentu yang memang sudah bisa diproduksi secara lokal di Indonesia. Hal itu guna meningkatkan daya saing industri karoseri lokal.

“Kalau seperti bus buat mengangkut personel, atau truknya buat angkut hasil tambang, ya kan di Indonesia sudah ada, buat apa dia impor? Itu yang perlu ada pertimbangan lain dari aturan-aturan yang sudah ada,” tuturnya.

Perlunya Perlindungan Industri

PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI), yang dinaungi PT Astra International Tbk. (ASII), turut resah dengan maraknya truk impor asal China. 

Deputy General Manager Business Strategy Division PT IAMI, Rian Erlangga mengatakan hal itu berisiko berdampak terhadap pabrikan truk, termasuk Isuzu yang sudah berinvestasi selama 50 tahun di Indonesia dan memiliki pabrik di Karawang, Jawa Barat. 

"Isuzu senantiasa memantau dinamika pasar, termasuk tren masuknya truk impor asal China. Kami menyadari bahwa kehadiran produk impor tersebut dapat mengganggu pasar," ujar Rian kepada Bisnis, Kamis (7/8/2025).

Lebih lanjut, Rian mengatakan, perseroan juga mendukung penguatan industri dalam negeri melalui aturan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) yang dapat meningkatkan permintaan komponen rakitan lokal.

"Selain itu, untuk menjaga daya saing, kami terus melakukan berbagai langkah strategis, seperti peningkatan efisiensi produksi di pabrik Isuzu Karawang Plant, pengembangan produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen Indonesia, serta penguatan layanan purnajual," jelasnya.

Perseroan juga aktif dalam pengembangan SDM lokal dan menjalin kerja sama dengan pemasok dalam negeri untuk meningkatkan kandungan lokal (local content) pada setiap unit kendaraan.

Alhasil, menurutnya pemerintah perlu menjaga keseimbangan antara keterbukaan pasar dan perlindungan industri dalam negeri, agar para produsen truk di Indonesia tidak tergerus oleh truk impor China yang membanjiri pasar Tanah Air.

"Kami berharap dengan Isuzu yang sudah memiliki pabrik di Indonesia, pemerintah dapat berpihak terhadap produsen dalam negeri. Kami juga percaya bahwa regulasi impor perlu memastikan persaingan yang sehat dengan standar yang setara, baik dari sisi teknis, emisi, maupun kesiapan layanan purnajual," jelasnya.

Tak ketinggalan, Isuzu juga berharap pemerintah melakukan evaluasi berkala atas regulasi impor yang akan sangat membantu menjaga keberlanjutan industri otomotif nasional.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro