Bisnis.com, JAKARTA – Tren penjualan mobil listrik berbasis baterai (battery electric vehicle/BEV) mencatatkan pertumbuhan signifikan sepanjang Januari-Mei 2025, seiring dengan bantuan subsidi senilai triliunan rupiah yang dikucurkan oleh pemerintah.
Menilik data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), total penjualan mobil listrik sepanjang 5 bulan pertama tahun ini sebesar 30.327 unit.
Secara terperinci, pada Januari 2025, mobil listrik BEV terjual sebanyak 2.513 unit. Angka itu melesat 106,04% secara bulanan menjadi 5.178 unit pada Februari 2025.
Kemudian, pada Maret 2025, penjualan mobil listrik kembali naik 70,81% menjadi 8.845 unit. Namun, pada April turun 16,33% menjadi 7.400 unit, dan lanjut mengalami penurunan menjadi 6.391 unit pada Mei 2025.
Adapun, pasar mobil listrik di Indonesia diramaikan oleh pabrikan asal China. Terlebih, sejumlah merek seperti Wuling, Chery, Aion hingga XPeng sudah mulai memproduksi lokal. Sementara, BYD masih dalam tahap pembangunan pabrik yang diestimasikan rampung akhir 2025.
Pada Mei 2025, BYD Sealion 7 masih bertengger di posisi pertama dengan penjualan 1.232 unit, namun capaian tersebut turun 31,28% dibandingkan bulan sebelumnya.
Baca Juga
Selanjutnya, di posisi kedua masih dihuni oleh Grup BYD, yaitu MPV listrik BYD M6 yang meraih penjualan 1.184 unit, disusul sub-merek premium, Denza D9 sebanyak 630 unit. Seluruh penjualan mobil listrik BYD dikapalkan langsung dari China.
SUV listrik off-road Chery J6 juga laris diburu konsumen dengan capaian penjualan 580 unit pada Mei 2025. Mobil tersebut sudah diproduksi lokal di fasilitas milik mitra Chery, PT Handal Indonesia Motor (HIM) yang berlokasi di Bekasi, Jawa Barat.
Kemudian, Wuling Air EV dan Wuling Binguo EV masing-masing mencatatkan penjualan sebanyak 419 unit pada bulan kelima 2025. Kedua model itu juga diproduksi secara lokal di fasilitas perakitan Wuling yang berlokasi di Cikarang, Jawa Barat.
Realisasi Subsidi
Di lain sisi, banjir mobil listrik di tengah kelesuan pasar merupakan catatan tersendiri. Sejak digongkan kebijakan subsidi mobil listrik, termasuk untuk impor utuh, tingkat pertumbuhan penjualan mobil listrik cukup signifikan.
Mengacu Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 12 Tahun 2025, pemerintah telah memberikan insentif PPN DTP 10% untuk impor mobil listrik completely knocked down (CKD).
Lalu, PPnBM DTP untuk impor mobil listrik secara utuh atau completely built up (CBU) dan CKD sebesar 15%, serta pembebasan bea masuk impor mobil listrik CBU.
Pemerintah mengungkapkan realisasi paket stimulus ekonomi tahap I/2025 yang menyasar insentif mobil listrik mencapai Rp13,2 triliun, selama periode Januari-Februari. Jumlah itu melampaui alokasi untuk bantuan tarif listrik hingga Jaminan Kehilangan Pekerjaan/JKP.
Berdasarkan Laporan Semester I APBN 2025, pemerintah mengungkapkan ‘subsidi’ mobil listrik mencakup Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) 10%, Pajak Penjualan Barang Mewah DTP 15%, serta pembebasan bea masuk.
Keseluruhan subsidi itu hanya khusus untuk kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB), termasuk bagi produk impor utuh. Sedangkan untuk bantuan mobil hybrid, realisasi anggaran mencapai Rp800 miliar, untuk diskon PPnBM DTP 3%.
Tren Penjualan Mobil Listrik Januari-Mei 2025:
- Januari: 2.513 unit
- Februari: 5.178 unit
- Maret: 8.845 unit
- April: 7.400 unit
- Mei: 6.391 unit