Bisnis.com, JAKARTA – Produsen otomotif asal Jepang, Subaru mengungkapkan strategi bisnis saat industri otomotif Indonesia mengalami pelemahan sepanjang tahun berjalan. Perusahaan akan mengedepankan kualitas di atas kuantitas.
Chief Executive Officer (CEO) Subaru Indonesia, Arie Christopher mengatakan, meskipun penjualan otomotif lesu, namun Indonesia masih memiliki potensi pasar yang cukup besar ke depannya.
“Sebenarnya kalau yang namanya kondisi bisnis ya, naik-turun itu biasa. Ke depannya, potensi di Indonesia itu masih sangat besar dan itu pula yang memang masih diakui oleh prinsipal kami yang juga masih menganggap bahwa Indonesia itu punya potensi market yang cukup besar,” ujar Arie di Jakarta, Rabu (25/6/2025).
Data Gaikindo menunjukkan sepanjang periode Januari-Mei 2025, total penjualan mobil wholesales turun 5,5% yoy menjadi 316.981 unit, dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya sebanyak 335.405 unit.
Sementara itu, penjualan mobil secara ritel pun susut 9,2% menjadi 328.852 unit, dibandingkan 5 bulan pertama 2024 sebanyak 362.163 unit.
“Pasti optimistis, untuk ke depannya karena memang target kita kan lebih dari 1 juta unit [secara nasional]. Jadi menurut saya masih terbuka lebar kesempatan untuk itu, dan rasio pembelian mobil itu di Indonesia itu masih sangat rendah jadi potensi untuk meningkatkan itu masih sangat besar,” jelasnya.
Baca Juga
Salah satu strateginya, saat ini Subaru masih berada dalam tahap membangun kembali brand awareness kepada calon konsumen setelah sempat vakum dari pasar otomotif nasional.
“Kami sedang ada di fase membangun kembali brand awareness. Jadi yang sudah pasti, volume atau angka penjualan bukan prioritas utama kami,” pungkasnya.
Adapun, penjualan wholesales Subaru tercatat sebanyak 107 unit sepanjang Januari-Mei 2025. Sementara penjualan ritel alias dari dealer ke konsumen sebanyak 109 unit pada periode yang sama.
Strategi lainnya, yakni Subaru akan meluncurkan model sport utility vehicle (SUV) Subaru Forester generasi ke-6 di ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025 pada akhir Juli mendatang.
Perlu diketahui, sejauh ini, Subaru masih mengimpor seluruh model kendaraan secara utuh (completely built up/CBU) dari Jepang. Namun, di tengah konflik geopolitik yang ada saat ini, Subaru memastikan bahwa rantai pasok masih aman.
"Sampai hari ini masih lancar-lancar saja, harga juga masih aman. Dari prinsipal kami di Jepang, Subaru Corporation belum ada dampak apa-apa, jadi masih bisnis seperti biasa," pungkas Arie.