Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah Thailand tengah mengkaji penerapan skema tukar tambah dan pemusnahan kendaraan sebagai strategi untuk menghidupkan kembali industri otomotif yang sedang terpuruk.
Diskusi awal telah berlangsung antara pemerintah dan produsen mobil, termasuk raksasa otomotif Jepang, Toyota yang mendukung langkah ini.
Produksi mobil di Thailand, yang dikenal sebagai pusat otomotif Asia Tenggara, telah mengalami penurunan drastis lebih dari setahun terakhir akibat melemahnya ekspor, penurunan penjualan domestik dan ketatnya pemberian kredit di tengah melonjaknya utang rumah tangga.
"Perusahaan otomotif Jepang, termasuk Toyota, terus mendiskusikan skema kendaraan akhir masa pakai di bawah inisiatif dan arahan Pemerintah Thailand untuk mengurangi kendaraan tua yang cenderung memiliki emisi lebih tinggi," kata manajemen Toyota di Thailand mengutip Reuters, Sabtu (1/3/2025).
Skema ini memungkinkan konsumen menukar kendaraan lama mereka dengan diskon untuk pembelian mobil baru. Kendaraan yang ditukar akan dimusnahkan untuk mengurangi populasi mobil tua yang tidak ramah lingkungan.
Presiden Asosiasi Produsen Suku Cadang Mobil Thailand, Sompol Tanadumrongsak mengatakan, usia kendaraan yang berhak masuk dalam program ini diperkirakan minimal 10 tahun.
Baca Juga
Persaingan Ketat dan Tekanan Pasar
Perlu diketahui, Produksi mobil Thailand turun 10% tahun lalu ke level terendah dalam empat tahun terakhir. Begitu pun dengan penjualan domestik anjlok 26% dan ekspor merosot 8,8%.
Persaingan makin sengit setelah produsen mobil listrik China seperti BYD dan Great Wall Motors menginvestasikan lebih dari US$3 miliar untuk membangun pabrik baru dan menawarkan harga kompetitif.
"Produsen mobil tengah berupaya keras untuk hal ini karena mereka ingin menjual mobil. Skema tukar tambah dianggap sebagai cara ampuh untuk merangsang permintaan pasar dan mengurangi dominasi kendaraan tua yang tidak lagi efisien," ujar Sompol.
Di lain sisi, Juru Bicara Divisi Otomotif Federasi Industri Thailand, Surapong Paisitpattanapong mengatakan, diskusi mengenai langkah tersebut sudah ada, tetapi belum difinalisasi. Salah satu alasannya adalah karena melibatkan banyak lembaga.
Pemerintah, industri, dan akademisi sedang menyusun kerangka kerja, termasuk mekanisme pendanaan dan infrastruktur daur ulang kendaraan. Toyota yang memiliki anak perusahaan pengelolaan skrap, Green Metals, diperkirakan akan memegang peran penting dalam mengelola proses pemusnahan.
Meskipun banyak tantangan, para pelaku industri optimistis skema ini bisa menjadi katalis positif bagi kebangkitan sektor otomotif Thailand. Pelaku industri mobil bekas pun mengatakan skema ini dapat menciptakan lapangan kerja baru dan menarik investasi dalam fasilitas daur ulang kendaraan.
Dengan produksi mobil yang terus merosot dan tekanan dari produsen mobil listrik asing, skema tukar tambah ini bisa menjadi solusi strategis untuk mempercepat pemulihan industri otomotif Thailand dan mengamankan posisinya sebagai pusat manufaktur mobil di kawasan Asia Tenggara.