Bisnis.com, JAKARTA — PT Toyota Astra Motor (TAM) menanggapi wacana penghapusan bahan bakar minyak atau BBM jenis Pertalite dan menggantikannya dengan Pertamax Green 95.
Toyota Astra Motor menyatakan bahwa para pengguna mobil Toyota di Indonesia tidak perlu melakukan perubahan kendaraannya meski nantinya BBM Pertalite jadi dihapus.
Marketing Director Toyota Astra Motor, Anton Jimmi Suwandy mengatakan seluruh kendaraan yang dijual untuk pasar Tanah Air sudah mampu menggunakan bahan bakar dengan kadar bioetanol hingga 10%.
“Hal ini juga bisa dicek oleh para pelanggan pada buku manual kendaraannya masing-masing, sehingga sampai titik ini seharusnya tidak perlu ada perubahan apapun pada cara penggunaan kendaraan,” kata Anton kepada Bisnis, Minggu (2/6/2024).
Lebih lanjut, dia mengatakan Toyota juga ingin berkontribusi mencapai netralitas karbon, dan mendukung rencana dari pemerintah.
Toyota juga membuka diri untuk terus beradaptasi dari perkembangan teknologi dalam industri otomotif. Bahkan pada beberapa pameran, Toyota selalu membawa contoh teknologi mobil yang bisa menggunakan bahan bakar Bioethanol hingga kadar 100%.
Baca Juga
“Kami siap untuk berpartner dengan para stakeholder untuk pengembangan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan ke depannya,” tuturnya.
Pada gelaran Gaikindo Indonesia International Auto Show atau GIIAS pada Agustus 2023 lalu, Toyota tampak memamerkan mobil Fortuner yang mampu menenggak etanol hingga 100% atau disebut E-100.
Kemudian Fortuner E-100 ini juga kembali hadir pada pameran Indonesia International Motor Show atau IIMS pada Februari 2024.
Di satu sisi, PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) menyatakan secara teknologi sudah mampu memproduksi mobil yang sepenuhnya berbahan bakar etanol.
Meski demikian, Wakil Presiden Direktur TMMIN, Bob Azam mengatakan keterbatasan dari bahan bakar bauran etanol atau bioetanol membuat Toyota belum memproduksi mobil tersebut secara massal.
“Kembali lagi penyediaan bahan bakarnya. Kalau di Brasil kan stasiun sudah berdampingan sehingga mau isi bensin atau etanol mudah,” ujarnya di xEV Center, Karawang, Jawa Barat pada Senin (22/1/2024).
Diberitakan Bisnis sebelumnya, Pertamina memang mengusulkan untuk menghapus produk BBM dengan oktan paling rendah RON 90 atau Pertalite dalam beberapa tahun ke depan.
Usulan ini dengan rencana pertamina untuk mengembangkan bensin dengan bauran etanol hingga 7% (E7) atau Pertamax Green 92 untuk menggantikan posisi Pertalite sebagai jenis bahan bakar minyak khusus penugasan (JBKP). Hal ini berarti anggaran kompensasi atau subsidi diusulkan untuk dialihkan pada Pertamax Green 92.
Pemerintah pun masih mematangkan usulan yang disampaikan Pertamina ihwal pencampuran Pertalite dengan bioetanol. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pasokan etanol itu bisa diperoleh dari sejumlah bahan baku seperti tebu, jagung, hingga rumput laut.
“[Bioetanol] tetap subsidi lagi, kita hitung supaya nanti kita ini targetnya yang kita subsidi orang yang pantas disubsidi,” kata Luhut saat ditemui di Jakarta, Jumat (3/5/2024).