Bisnis.com, JAKARTA — Daihatsu Indonesia menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi faktor penentu untuk mengerek penjualan mobil domestik yang lesu pada kuartal I/2024.
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia atau Gaikindo, penjualan mobil Daihatsu secara wholesales mencapai 46.003 unit pada Januari-Maret 2024, turun 15,3% dari 54.431 unit dibandingkan periode sama tahun lalu.
Kemudian penjualan mobil Daihatsu secara retail yang mencapai 49.147 unit nyatanya turun 14,6% dari 57.567 unit secara year-on-year (YoY).
Bila melihat modelnya pada Maret 2024, penjualan mobil Daihatsu didominasi oleh Sigra sebanyak 5.804 unit, Gran Max PU (Pick Up) sebanyak 3.995 unit, dan Terios dengan raihan 2.185 unit.
Marketing & Customer Relations Division Head PT Astra International Tbk. Daihatsu Sales Operation, Tri Mulyono mengatakan pertumbuhan perekonomian merupakan suatu faktor penentu bagi penjualan domestik.
Di satu sisi, penyaluran kredit dari lembaga keuangan juga merupakan kendala tersendiri bagi Daihatsu seiring mayoritas konsumen melakukan pembelian dengan skema kredit.
Baca Juga
“Saat ini faktor non performing loan yang terjadi pada lembaga pembiayaan diinformasikan meningkat sehingga membuat persetujuan atas pembiayaan kredit menjadi lebih selektif,” katanya kepada Bisnis, Selasa (16/4/2024).
Memasuki pertengahan tahun, Daihatsu berharap pertumbuhan ekonomi terus mengalami pemulihan sehingga pasar otomotif juga kecipratan efek positif dengan terkereknya penjualan mobil domestik.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk kembali mempertahankan tingkat suku bunga acuan atau BI-Rate pada tingkat 6% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Maret 2024.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan BI tetap konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability, yaitu untuk menjaga stabilisasi nilai tukar rupiah serta langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1% pada 2024.
Adapun, sebelumnya BI sendiri memproyeksikan penurunan suku bunga acuan pada tahun ini baru akan terjadi pada semester II/2024.
"Kami melihat ruang terbuka penurunan BI rate di semester II/2024. Bisa maju, bisa mundur, faktor-faktor penentu salah satunya inflasi," tutur Perry.
Sementara itu, BI mencatat kredit perbankan setidaknya hingga Februari 2024 tumbuh di level 11,28% secara tahunan (year on year/yoy). Kredit perbankan pada Februari 2024 sedikit melambat jika dibandingkan bulan sebelumnya atau Januari 2024 yang mampu tumbuh 11,83% yoy.
Perry mengatakan kredit perbankan terus meningkat sehingga mendukung upaya dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
"Pertumbuhan kredit terutama terjadi di sektor pertanian, pertambangan, konstruksi, perdagangan jasa sosial, dan jasa dunia usaha," katanya.