Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Pangan Meroket, Penjualan Sepeda Motor Tergencet

Penjualan sepeda motor domestik mencapai 558.685 unit pada Februari 2024, turun 2,92%
Sepeda motor/Bisnis.com
Sepeda motor/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA — Penjualan sepeda motor kian merana pada awal tahun ini seiring penurunan bila dibandingkan periode sama tahun lalu atau year-on-year (YoY). Adapun, kenaikan harga pangan dituding menjadi faktor penyebab lesunya penjualan.

Data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) menunjukkan penjualan sepeda motor domestik mencapai 558.685 unit pada Februari 2024, turun 2,92% dari 575.502 penjualan pada periode sama tahun lalu. 

Sementara penjualan Januari-Februari 2024 menembus 1,15 juta unit, turun 3,32% dari 1,19 juta unit secara YoY.

Penjualan sepeda motor domestik masih didominasi oleh skuter atau motor matik dengan kontribusi 90,46% pada Februari 2024. Kemudian segmen underbone atau motor bebek, dan sport masing-masing berkontribusi 4,85%, dan 4,69%.

Kinerja ekspor juga tidak jauh berbeda dengan penjualan domestik yang lesu. Tercatat ekspor pada Januari-Februari 2024 mencapai 73.366 unit, turun 13,58% dari 84.896 unit dibandingkan periode sama tahun lalu.

Ketua Bidang Komersial AISI, Sigit Kumala mengatakan daya beli untuk sepeda motor dipengaruhi oleh kenaikan kebutuhan pokok seperti pangan yang naik signifikan pada dua bulan terakhir.

Adapun, data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi harga bergejolak (volatile food) pada Februari 2024 mencapai 8,47% secara YoY. Komoditas yang dominan adalah beras, cabai merah, daging ayam ras, tomat, bawang putih, dan telur ayam ras.

“Daya beli agak berpengaruh terutama kebutuhan pokok seperti dua bulan ini naik signifikan ya. Hal ini mungkin agak mempengaruhi daya beli konsumen,” katanya kepada Bisnis, Senin (18/3/2024).

Di satu sisi, AISI nampak cukup ragu dengan target penjualan domestik 6,5 juta yang ditetapkan untuk 2024. Apabila kinerja sampai dengan semester I/2024 belum memuaskan, bukan tidak mungkin revisi target akan dilakukan.

“Kami berharap memang strategi semester II/2024 ada perbaikan, tapi nanti tergantung semester I/2024. Kalau minus cukup dalam mungkin perlu berhitung ulang,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper